Bisnis truk kuliner nampaknya sedang menjadi perhatian belakangan. Banyak truk kuliner yang bermunculan di Jakarta dan kota besar lainnya. Bisnis ini memang ditengarai mampu menghasilkan omzet yang menggiurkan.
“Per hari (omzet) rata-rata masih di bawah Rp 5 juta, tapi kalau sedang ada acara bisa di atas Rp 5 juta,” ujar pemilik Jakarta Food Truck Anglia Auwines seperti dilaporkan Kompas.
Meski lumayan menguntungkan, modal yang dibutuhkan untuk membuka bisnis ini ternyata tidak sedikit. Pengalaman Supervisor The Roffie Food Truck, Endang Nugraha, menunjukkan, modal untuk membuat truk kuliner bisa mencapai sekitar Rp 560 juta.
“Habis kira-kira Rp 130 juta untuk (beli) mobil dan Rp 430 juta buat karoseri (modifikasi mobil),” katanya. Modifikasi dilakukan pada bagian bodi luar dan interior mobil. Sisi samping mobil diberi jendela besar.
Pelanggan pun bisa melihat ke dalam dapur dari jendela tersebut dan menyaksikan proses pembuatan makanan. Di atas jendela biasanya dipasang semacam atap atau kanopi agar pembeli tidak kepanasan.
Sementara itu, bagian dalam kendaraan dipasangi peralatan dapur. Perlengkapan ini umumnya disesuaikan jenis makanan yang dijual. Tak hanya modifikasi kendaraan, hal lain yang perlu diperhitungkan adalah pengeluaran operasional.
Menurut pemilik majalah Mobile Cuisine, Richard Myrick, biaya operasional truk kuliner sebenarnya hampir sama seperti restoran. “Pemilik truk kuliner perlu menyiapkan dana untuk membeli bahan makanan atau minuman, serta menggaji karyawan,” kata Myrick.
Namun, lanjut Myrick, pemilik truk kuliner perlu menyediakan uang untuk bensin dan perawatan mobil, karena ‘mobil kedai’ ini selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Metode penjualan ini berbeda dengan restoran yang memiliki tempat tetap.
Berlanjut ke bagian kedua untuk cara masuk bisnis ini dengan modal yang menyesuaikan.