Ikon atau ciri khas suatu kota kerap dihadirkan dalam berbagai pernak pernik suvenir, sebagai tanda mata ketika kita mengunjungi kota tersebut. Salah satu suvenir yang kerap dijual adalah kaos. Sebut saja Joger dari Bali dan Dagadu dari Jogjakarta yang sudah begitu dikenal oleh wisatawan yang mengunjungi kedua wilayah tersebut.
Berkaca pada sukses kedua produsen suvenir kaos tersebut, Wawi Susanto (47 tahun) bermaksud mengusung tema lokal dari kota asalnya Palembang, yang dikenal secara nasional. “Saya ingin orang Palembang memiliki kebanggaan menggunakan desain kaos yang mengangkat ikon khas kota Palembang. Supaya menarik desainnya dibuat karikatur. Lebih banyak menampilkan visual karena tidak semua orang paham bahasa Palembang,” terangnya.
Ikon kebanggaan Palembang yang diangkat dalam disain Musi Mania, brand kaos a la Wawi adalah Jembatan Ampera yang membelah sungai Musi menghubungkan wilayah Seberang Ulu dan Seberang Ilir, Palembang, makanan khas Wong Kito Galo, Pempek, kain songket Palembang dan sebagainya. “Banyak hal terkait Palembang dihubungkan dengan sungai Musi. Jembatan Ampera, Pempek yang awalnya berbahan baku ikan Belida dari sungai Musi, hingga jalur transportasi utama perdagangan sejak jaman Sriwijaya menyusuri sungai ini,” jelas Wawi pemilik salah satu toko suvenir terkenal di Palembang, Musi Mania.
Siapa sangka pengusaha kelahiran Desember 1966 ini pernah kuliah di FKG Universitas Trisaksi, Jakarta?Melenceng jauh dari bidang usaha yang ditekuninya hingga kini. Harapan orang tuanya, kelak Wawi akan meneruskan usaha mereka sebagai tukang gigi. Namun jalan hidup berkata lain. Baru duduk di Semester V ketika Wawi memutuskan mundur dari FKG Trisakti untuk pulang ke Palembang. “Saya merasa tidak berbakat menjadi dokter gigi, mungkin karena jiwa saya seniman,” kelakar Wawi. Berbagai bidang pekerjaan pun dicobanya, setelah sempat membantu usaha orang tuanya. Mulai dari operator karaoke hingga menjadi sales salah satu produk jeans yang membuatnya kerap bepergian ke berbagai daerah. Kala itu tahun 1991. Dari sinilah perkenalannya dengan dunia garmen berawal.
Sekalipun belum menyadari bahwa garmen adalah dunia-nya, berbekal pengalaman menjadi sales jeans, dibantu dua orang karyawan Wawi menyewa ruko dan menjajal peruntungan menjual jeans. Prospek yang cukup cerah, memantapkan langkahnya membuka toko di dua mall pada kurun waktu 1994 hingga 1995. Produk yang dijualnya pun bertambah ragamnya. Disamping jeans, Wawi juga menjadi distributor produk fashion merek JJ Jeans, OSELLA dan C59.
Tahun 1999, bapak tiga putra ini pun menjajaki kerja sama dengan C59, produsen kaos ternama dari Bandung untuk mewujudkan impiannya membuat suvenir khas Palembang.Meski perlu perjuangan karena tak mudah memperkenalkan Palembang lewat kaos, penyuka film action ini tak putus asa. “Banyak yang bilang, ketika masuk dunia garmen, kita harus siap berhadapan dengan stress. Karena tren selalu berubah. Harus selalu fokus agar tidak tertinggal,” ujar Wawi. Untuk mengantisipasi stagnasi Musi Mania yang baru dikenal oleh kalangan terbatas, Wawi membuka outlet mixed garment yang masih menyasar segmen anak muda, yaitu W2 dan GO-SIPP, tersebar di berbagai mall di Palembang.
Berkembangnya outlet fashionmiliknya tak menghentikan semangatnya untuk terus berupaya membesarkan Musi Mania. Seiring kemajuan pesat kota Palembang, terlebih paska menjadi tuan rumah PON dan Sea Games beberapa tahun lalu, semakin banyak orang berkunjung ke Bhumi Swirijaya itu. Wawipun jeli melihat peluang denganmembuka toko khusussuvenir Musi Mania di Palembang Indah Mall pada tahun 2010.
Menyusul outlet-outlet Musi Mania di beberapa lokasi. Bahkan Maret 2013 lalu, Wawi membuka outlet Musi Mania berkonsep gallery lengkap dengan Coffee Shopfranchise dari Double Dipps di Jl. Wirasantika, Palembang. Kini Wawi telah memiliki 5 outletMusi Mania dengan 20 karyawan. “Setiap tahun selalu ada desain baru. Sekarangini ada 300-an disain kaos untuk anak usia 2 tahun hingga dewasa dengan berbagai ukuran, bahkan tersedia ukuran LLL.Segmen pasar Musi Mania memang untuk keluarga dengan harga mulai dari Rp65 ribu. Harapan saya melalui Musi Mania, masyarakat Palembang semakin mencintai kotanya dan wisatawan semakin mengenal kota Palembang,” tutur Wawi.
Nasabah BCA KCP Mesjid Lama sejak 20 tahun lalu ini juga menyediakan Electronic Data Capture (EDC) BCA untuk kemudahan transaksi pengunjung tokonya. “BCA tidak hanya memberikan pinjaman modal usaha, tapi juga fasilitas perbankan yang membantu kelancaran transaksi saya. Yang terkait dengan pembayaran vendor, saya gunakan Giro BCA. Untuk transaksi di outlet, tersedia EDC BCA sehingga konsumen bisa membayar menggunakan Debit maupun Kartu Kredit BCA,” jelasnya.
Kini, ketika berkunjung ke Palembang, Andatidak hanya bisa membawa pulangPempek, kerupuk ikan atau kain songket Palembang. Aneka produk suvenir seperti kaos, sandal, tempelan kulkas, dari Musi Mania pun bisa menjadi buah tangan yang berkesan.
BCA Senantiasa di Sisi Anda.
(BERITA BCA)