TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pertemuan APEC di Bali pada Oktober 2013 mendatang diyakini bisa menjadi sarana mencari peluang pengembangan ekonomi Indonesia di kancah global.
Pasalnya, Indonesia sebagai tuan rumah dapat menggiring pertemuan demi keuntungan penyerapan produksi Indonesia.
"Kesepakatan APEC harus bisa meningkatan perluasan penyerapan dan nilai tambah produksi Indonesia" kata Anggawira, Ketua Kompartemen Organisasi BPP HIPMI dalam keterangan tertulisnya, Rabu (31/7/2013).
Anggawira menuturkan, Indonesia juga harus mengubah sikap yang lebih suka menjual kekayaan alam dalam bentuk raw material (bahan baku) saja. Menurutnya, nilai tambah akan diraih, jika diproduksi terlebih dahulu daripada masih dalam bentuk bahan mentah.
Pasalnya, sejauh ini kebijakan yang dibuat pemerintah demi mendorong laju pertumbuhan ekonomi, terang Anggawira masih sangat rendah. Penyebabnya, karena biaya administrasi yang besar.
"Contoh, kalau mau berusaha membuat CV butuh Rp 4 juta-Rp 5 juta. Waktu pengurusan surat-surat administrasi yang yang terlalu lama, bahkan ada yang butuh satu bulan. Semua itu melemahkan daya saing dengan negara lain," kata Anggawira.
Anggawira juga mengingatkan generasi muda untuk terjun dan mencintai dunia enterpreneur. Karena, semakin banyak muncul pengusaha muda yang enerjik dan inovatif akan membuat peluang menguasai pasar dunia terbuka lebar.