TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penjualan semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) akan menemui hambatan pada tahun ini.
Faktor pemicunya adalah inflasi, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan kebijakan Bank Indonesia (BI) mengenai kenaikan uang muka rumah kedua dan ketiga.
Sahat Panggabean, Corporate Secretary INTP, mengatakan inflasi akan menekan penjualan semen perseroan yang sekitar 70 persennya berasal dari residence atau perumahan tapak.
"Mungkin ada tekanan karena harga semen naik, dan kebijakan kenaikan DP rumah dari BI, inflasi pada semester dua juga mempengaruhi penjualan semen, kita masih kaji potensi penurunan," katanya, Kamis (1/7/2013).
Hambatan itu semakin nyata jika melihat adanya penurunan marketshare semen perseroan yang hanya mencapai 30,9 persen pada semester I 2013 dibandingkan periode yang sama pada 2012 sebesar 33 persen.
Penurunan tersebut dipicu oleh rendahnya kenaikan volume penjualan semen pada semester I 2013 yang hanya mencapai 0,7 persen menjadi 8,81 juta ton dari sebelumnya pada 2012 sebesar 8,75 ton.
Tju Lie Sukanto, Direktur Keuangan INTP, mengakui meskipun adanya tekanan INPT masih menargetkan penjualan semen mencapai 16 juta ton pada tahun ini. Menurutnya permintaan domestik masih tinggi dengan kebutuhan perumahan yang membeli secara tunai.
"Kebutuhan properti tidak akan turun jika kita lihat kebutuhan perumahan masih tinggi karena keterbatasan supply dan jumlah pembeli perumahan secara tunai juga terus menaik jadi potensinya masih besar, dan tantangannya ada di harga, ini yang masih kita kaji lagi mengenai kenaikannya," katanya.