TRIBUNNEWS.COM BANDUNG, - Terbilang pasca lebaran lalu, harga sepeda terus meningkat hingga 20 persen. Pedagang menilai kenaikan harga itu dipicu adalah ketidakstabilan rupiah terhadap dolar.
"Harga sepeda baru naik berkisar 15-20 persen," ujar Ade (60), penjual sepeda baru dan bekas di Jalan Malabar, Bandung, Minggu (22/9/2013).
Sepeda Polygon bekas ukuran 26, misalnya, Ade banderol Rp 2 juta. Padahal, sebelum lebaran, harga sepeda itu Rp 1,75 juta. Sepeda BMX anyar ukuran 20 dijual Rp 300.000-600.000 per unit dari harganya lama Rp 250.000-500.000 setiap unit. Tiap unit sepeda bekas dengan tipe yang sama dibanderol Rp 200.000-300.000 naik dari harga lama antara Rp 175.000-250.000.
Menurut Ade yang membuka usaha jual sepeda dengan seorang rekannya, harga sepeda khususnya sepeda anak, kini meningkat karena didatangkan dari luar Indonesia seperti Taiwan melalui Jakarta. Gara-gara hal itu pula ia mengaku omzetnya menurun sekitar 25 persen.
"Tiap hari Minggu selama sebulan terakhir, rata-rata hanya 10-12 sepeda yang terjual," ujarnya. Jumlah tersebut turun dari biasanya 15-17 unit yang terjual setiap hari Minggu sebelum Lebaran. Ade menjual sebagian besar sepedanya ke perumahan-perumahan di Margayagu, Riung Bandung, dan Antapani.
Dino (32), penjual sepeda baru dan bekas di Jalan Malabar juga mengatakan harga sepeda-sepedanya naik hingga 20 persen. Ia mengubah harga jual sepeda ukuran 12 dari Rp 250.000-275.000 jadi Rp 275.000-300.000. Harga beli sepeda-sepeda itu naik Rp 15.000 dari harga asalnya, Rp 230.000.
Harga sepeda ukuran 20 naik dari Rp 390.000 menjadi Rp 470.000 . Dino pun mematok harga jual Rp 550.000 unit dari harga lama Rp 500.000. Ia membeli sepeda ukuran 26 Rp 620.000 lalu dijual dengan harga Rp 750.000 dari harga lama, Rp 700.000. "Tiap hari naik Rp 5.000. Katanya, karena dolar naik tetapi sepeda-sepeda itu kan stok lama," kata Dino.
Ia mengaku pun sekitar 70 persen dari jualan merupakan barang impor dari Cina. Sejauh ini, kenaikan harga itu belum mengganggu omzetnya."Penjualan relatif stabil. Pada Sabtu dan Minggu rata-rata bisa menjual 10-12 sepeda per hari," ujarnya.
Menurut Dino, tak hanya harga sepeda yang naik melainkan juga suku cadang sepeda. Satu unit kabel untuk tali rem, misalnya, naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 7.500.
Dino menambahkan di tengah harga sepeda yang naik, sepeda-sepeda bekas pun susah dicari. Biasanya, ia dan dua rekan pemilik usaha jual-beli sepeda, mendapatkan 30 unit sepeda bekas setiap hari. "Setelah Lebaran, nggak sampai 10 unit per hari," katanya.
Menurutnya, harga sepeda bekas naik hanya sekitar lima persen sehingga mudah terjual. Penggemar sepeda bekas, imbuhnya, cenderung mencari sepeda buatan Jepang pada era 1990-an meski harganya dibanderol hingga Rp 2 juta. "Kualitasnya bagus. Selain itu, sepeda lain yang komponen dari Jepang bisa dijual dengan harga tinggi," ujarnya.
Baik Dino maupun Ade mengharapkan penjualan sepeda segera meningkat menyusul program duet pemimpin baru di Kota Bandung untuk menjadikan Kota Kembang sebagai kota sepeda.
Seorang pesepeda, Hendro (47), mendukung harapan para penjual sepeda itu. "Semakin banyak yang mau memiliki sepeda karena bersepeda membudaya di Bandung. Banyak perkumpulan dan komunitas," katanya saat berisrahat mendayuh sepeda. (tom)