TRIBUNNEWS.COM JAKARTA. Kenaikan biaya produksi yang terjadi selama sembilan bulan pertama tahun ini membuat beban industri kosmetik semakin berat. Alhasil, omzet industri hingga kuartal III-2013 juga ikut melambat.
Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi) Nuning S. Barwa mengatakan, peningkatan beban biaya yang harus ditanggung oleh pelaku industri di sektor ini mendorong kenaikan harga jual produk kosmetik. Imbasnya, banyak konsumen yang mulai beralih ke produk impor.
Menurut Nuning, hingga sembilan bulan pertama tahun ini, produsen kosmetik telah menaikkan harga jual produk sekitar 5%-7%. "Kenaikan harga jual ini untuk menutupi biaya energi, kemasan, bahan baku, dan upah buruh yang meningkat," jelasnya, Senin (25/11).
Lantaran harga jual naik, penjualan kosmetik lokal ikut melorot. Apalagi, sepanjang tahun ini, banyak faktor ekonomi, seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang membuat daya beli masyarakat menurun. Nah, kenaikan harga jual ini membuat omzet industri kosmetik lokal tahun ini hanya akan tumbuh 12% menjadi Rp 8,3 triliun atau lebih rendah dari target yang dipatok 15%.
Di sisi lain, omzet kosmetik impor justru melonjak hingga 30% selama sembilan bulan pertama tahun ini. Nuning bilang, ada beberapa faktor yang memicu kenaikan impor kosmetik ini.
Selain harga yang lebih miring, penetrasi produk kosmetik impor juga didorong oleh tren konsumen yang merasa produk impor lebih bagus ketimbang produk lokal. Tak hanya itu, pengunaan sistem pemasaran multi level marketing (MLM) juga membuat penetrasi pasar kosmetik impor semakin meluas.
Masyarakat kelas menengah yang tumbuh pesat di Indonesia juga dimanfaatkan oleh produsen kosmetik asing untuk menjadikannya sebagai pangsa pasar yang potensial.
Kinerja yang kurang mengkilat juga dialami beberapa produsen kosmetik lokal hingga kuartal III-2013. PT Mustika Ratu Tbk misalnya, hingga kuartal III-2013 hanya mencatatkan penjualan Rp 283,97 miliar atau turun 11,55% ketimbang periode yang sama tahun lalu.
Penurunan penjualan juga dialami oleh PT Martina Berto Tbk. Sepanjang Januari-September 2013, Martina Berto membukukan penjualan Rp 486,2 miliar, atau turun 5,2% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Melihat kondisi ini, Nuning memprediksi, sampai akhir tahun, pertumbuhan omzet kosmetik lokal diperkirakan akan bertahan di angka 12%. "Impor juga bisa mencapai 30%," ujarnya.(KONTAN/ Tendi Mahadi )