TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inovasi merupakan salah satu cara memenangkan persaingan di bisnis kuliner. Ini pula prinsip yang diusung Hafidz Faizza sehingga merintis usaha kuliner lumpia bakar di Tuban, Jawa Timur.
Sesuai namanya, lumpia buatan Hafidz tidak digoreng seperti lumpia umumnya. Ia justru memanggangnya, sehingga relatif aman bagi orang yang diet kolesterol. "Keluarga kami umumnya berbadan gemuk. Kalau makan gorengan terlalu sering, berisiko. Jadi, saya berkreasi memasak lumpia dengan cara dibakar, ternyata enak," kisahnya mengenai ide inovasi lumpia ini.
Lantaran banyak peminat, ia pun mulai memasarkannya dengan nama Lumpia Bakar Cempluk pada akhir 2011.
Hafidz mengklaim, keunggulan lain lumpia buatannya, yaitu menggunakan susu pada adonan kulit, sehingga saat dibakar aromanya lebih harum. Adapun, untuk isi ada paduan wortel dan bengkuang, serta tambahan daging ayam atau sapi. "Sausnya pun racikan khusus menggunakan lada hitam, sehingga ada rasa pedasnya," tuturnya.
Satu piece lumpia dibanderol Rp 3.500 - Rp 7.000, tergantung pilihan isi.
Agar lebih berkembang, Hafidz menawarkan peluang kemitraan pada Agustus tahun ini. Sekarang, sudah ada 14 gerai yang beroperasi di Tuban, Bojonegoro dan Malang. Sembilan gerai mitra, dan lima gerai milik sendiri.
Tertarik? Hafidz mengemas paket kemitraan tipe booth senilai Rp 2 juta. Mitra akan mendapatkan booth, barang dagangan awal, alat panggang dan kompor.
Ia juga menyiapkan paket tipe mini kafe dengan investasi Rp 15 juta. Biaya itu mencakup desain tempat, pelatihan pembuatan lumpia, bahan baku awal, mini booth untuk display, serta meja dan kursi. "Kalau bayar full dan mendapat pelatihan, kami kutip biaya royalti 5 persen dari omzet," jelas pria kelahiran 27 tahun silam ini.
Namun, jika mitra hanya menyetor modal setengah dari harga paket, dan disuplai lumpia dari pusat, maka bebas biaya royalti.
Estimasi Hafidz, satu gerai bisa menjual 100 - 400 pieces lumpia sehari. Setelah dikurangi biaya beli produk atau bahan baku, gaji pekerja dan biaya operasional, mitra masih bisa mengantongi laba bersih 40 persen. Jika itu tercapai, mitra bisa balik modal sekitar 5 bulan.
Lantaran punya produk unik, ia optimistis usaha ini bisa berkembang. Targetnya, minimal menguasai setiap kota di Jawa Timur.(Dupla Kartini)