TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Tahun ini harga karet sepertinya belum akan membaik. Demikian perkiraan pengusaha karet di Sumut, yang di tuturkan Edy Irwansyah, Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut. Menurutnya, harga karet tahun ini tidak akan lebih 3 dolar AS per kilogram.
Harga itu sangat tergantung ekonomi global terutama negara-negara pasar utama komoditi ini. "Harga ada kemungkinan naik apabila permintaan negara konsumen utama naik atau produsen memangkas produksi atau ekspor," katanya di sela-sela penandatanganan berita acara penyerahan pengaturan dan pengawasan dari BI ke OJK.
Karena itu, dikatakannya, pengusaha karet Indonesia berencana meneruskan pengurangan produksi pada 2014 sebesar 10 persen.
"Secara persentase, pengusaha Indonesia sudah berkomitmen mengurangi produksi sebesar 10 persen," katanya.
Namun komitmen tersebut belum dibicarakan dengan pengusaha dua negara produsen lainnya yang tergabung dalam ITRC yaitu Thailand dan Malaysia. Pihaknya berharap dua negara itu juga berkomitmen sama dengan Indonesia sehingga harga bisa terdongkrak.
"Sebab share tiga negara ini untuk memenuhi permintaan dunia mencapai 70 persen. Kalau ditambah negara-negara Asean plus India dan China mencapai 90 persen. Kalau semua produsen ini memiliki komitmen sama maka besar kemungkinan harga terdongkrak," ujarnya.
Di Sumut, produksi kebun karet sepanjang 2013 sebesar 481 ribu ton dimana 97 persen dalam bentuk SIR. Pasar utama ekspor karet Sumut diperkirakan belum berubah yaitu Jepang, China, Amerika, Korea Selatan dan Brazil. Edy memperkirakan produksi dan ekspor karet Sumut 2014 akan naik 4 persen.(abe)