News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sektor Properti Tahun ini Tak Seluwes Tahun Lalu

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Selesaikan Bangunan: Pekerja selesaikan pembangunan rumah disalah satu perumahan di Bukit Mangunharjo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jateng, Rabu (5/6/2013). Seiring hunian di Semarang bawah yang semakin ditinggalkan penghuni karena kondisi banjir dan rob yang sering menggenangi kawasan tersebut, para pelaku bisnis memanfaatkan lokasi perbukitan di daerah Semarang atas untuk mengembangkan bisnis properti dengan persaingan harga yang relatif terjangkau. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)

Laporan wartawan Tribun Jambi, Eko Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI – Sektor properti tahun ini diperkirakan tak seluwes tahun yang lalu. Penjualan perumahan dibayangi kelesuan karena sejumlah faktor.

Wakil Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI)  Provinsi Jambi, Priyo Setiono melihat semakin ketatnya pasar properti karena daya beli konsumen menurun. "Tahun ini, bisnis properti akan dibayangi oleh dua faktor, yang pertama daya beli masyarakat dan yang kedua prudensial bank yang semakin ketat dalam pengawasan," ungkap Priyo.

Menurutnya, terpaan masalah tersebut merupakan efek domino dari awal tahun lalu. Ia mendasarkan itu pada rendahnya harga komoditas utama Jambi yaitu kelapa sawit dan karet sehingga banyak memengaruhi ke sektor lainnya.

Semua itu, sebutnya, sudah memengaruhi sektor properti dari daya beli masyarakatnya. “Kemudian menghambat sektor pembangunan properti yang disusul pula kenaikan BBM di pertengahan tahun 2013 lalu kenaikan bahan baku bangunan sendiri,” jabarnya.

"Namun dari semua faktor, sektor komoditas yang sangat berpengaruh, karena komoditas Jambi ini, hasil yang didapat menyentuh semua kalangan dan sektor lainnya. Jika harga anjlok untuk kedua komoditas tersebut, maka akan berpengaruh pula ke semuanya," katanya.

Ia juga melihat khusus rumah bersubsidi atau Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) akan sangat terpukul karena kenaikkan harga. Harga awal Rp 88 juta akan naik menjadi Rp 105 juta untuk Provinsi Jambi. Itu, kata Priyo, kurang lebih akan menghambat daya beli konsumen.

Dengan kondisi tersebut, ia melihat target REI membangun 6 ribu unit rumah tahun ini akan sulit.
"Bila tak dibarengi dengan daya beli konsumen yang tinggi otomatis akan stagnan dalam penjualannya," terangnya.

Priyo bilang, dari sisi profit bagi developer memang lebih menggiurkan menjual rumah komersil.

"Tetap menguntungkan melakukan penjualan rumah komersil, walau porsi FLPP dinaikkan menjadi dua kali lipat tetapi profit pun masih dipegang penjualan rumah komersil,"tutupnya. (tyo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini