TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah bisnis multi level marketing (MLM) yang mulai meredup, K-Link mencatatkan pertumbuhan dua digit. Bagaimana bertahan dari gempuran perusahaan sejenis hingga mempunyai 1,9 juta orang anggota? Akhir pekan lalu, Tribunnews mendapatkan kesempatan bertemu dengan Presiden Direktur K-Link Dato’ Radzi Saleh.
Kesan pertama melihat sosok, sepertinya orangnya terasa kaku. Tapi begitu berbicara dengannya, kesan kaku sirna hilang yang ada justru sebaliknya. Ya, itulah sosok Dato Radzi Saleh. K-Link merupakan perusahaan MLM yang memiliki 1,9 juta anggota di seluruh Indonesia.
Tidak mudah mencari waktu untuk bertemu pria asal Malaysia itu. Salah seorang rekan memberikan waktu pukul 12.30 WIB untuk jadwal wawancara. "Mas tolong datangnya tepatnya karena seharian bapak rapat. Jadi waktunya di sela-sela itu," kata salah seorang karyawan K-LINK yang menjadi penghubung.
Begitu saya masuk ke ruang kantornya di gedung K-LINK Tower dan memperkenalkan diri sebagai wartawan dan duduk di depan meja kerjanya Pria asal Kampung Rasau Perak Malaysia kelahiran 4 April 1959 silam, curhat mengenai persoalan berkaitan dengan investasi.
Cerita berlanjut dengan menceritakan awal mulanya mendirikan K-Link, tantangan hingga bisa bertahan sampai 12 tahun, di tengah industri MLM yang kini bisa dibilang redup di Indonesia.
Berbeda dengan MLM lainnya, Radzi mengaku sejak pertama kali terjun di Indonesia, ia tidak pernah menjanjikan bisnis MLM akan memberikan keuntungan yang besar secara tiba-tiba. Ia selalu menyampaikan apa yang diperoleh dari K-Link bisa untuk membangun karir dan bisa memenuhi biaya hidup.
"Saat kita masuk ke Indonesia, masih banyak pandangan keliru bahwa MLM itu bohong-bohongan, penipuan dan sebagainya. Makanya, kita awalnya memberikan pengertian dan tidak menjanjikan hasil yang besar tanpa kerja keras. KIta juga tolak jika ada anggota yang ingin bergabung tapi nekat menjual harta bendanya," katanya.
Ia ingin anggotanya membangun usaha bersamanya dengan modal yang kecil yakni Rp 2 juta dan secara pelan-pelan meningkat diperoleh dari keuntungan perputaran uang.
"Kalau niatnya mencari uang dengan cepat jelas K-Link bukan tempat yang tepat. Mungkin money game atau tipu-tipu orang. Tapi dengan pelan tapi pasti akan meningkat pelan-pelan bahkan dalam setahun dengan kerja keras bisa berpenghasilan bersih puluhan juta," katanya.
Dengan janji tidak memberikan keuntungan ataupun bonus besar menyebabkan jumlah membernya hanya sekitar 100 ribu member. Tapi pelan-pelan namun pasti itu akhirnya menjadi rahasia sukses perjalanan K-Link bertahan di usia 12 tahun.
"Sebelum ke Indonesia saya ini cukup berpengalaman MLM, cukup tahu tentang jatuh bangun MLM ini. Kalau cepat naik akan cepat jatuhnya. Jadi idealnya, pelan-pelan meski bertahap, slow ke arah yang benar. Itu yang membuat bertahan," katanya.
Ia pun melihat, perusahaan yang menjanjikan keuntungan atau bonus besar, bonus besar bisa cepat jatuh karena mereka belum sempat menyiapkan program membangun. Ada juga perusahaan MLM yang nekad berinvestasi dalam jumlah yang besar tapi penghasilan justru kecil sehingga harus tutup.
PT K-Link Indonesia didirikan pada 2 Mei 2002, dengan kantor awal di kawasan Mal Mangga Dua, Jakarta Barat. Juli 2011, PT K-Link Indonesia pun kini semakin memantapkan posisinya dengan mendirikan gedung 25 lantai yang diberi nama K-Link Tower, di Jalan Gatot Subroto Kav 59A, Jakarta Selatan.
Ini makin memantapkan bahwa mereka serius dengan komitmen terhadap semua distributornya bahwa K-Link menjadi multi level nomor satu di Indonesia. Tahun 2009 ini K-Link Indonesia telah menjangkau semua propinsi di Indonesia, tidak hanya di kota besar namun juga kota kabupaten dan kotamadya sampai ke pelosok desa.
Jika K-Link International telah melebarkan sayap perniagaannya sampai ke 25 negara, maka dalam rentang lebih dari 1 dekade ini K-Link Indonesia telah menjangkau seluruh pelosok Indonesia dengan 33 propinsi, dimana para distributor K-LINK telah mengembangkannya menjadi jaringan persebaran bisnis yang luas.
Wilayah pemasaran di Indonesia terbagi menjadi 8 area. Setiap area pemasaran secara kontinyu melakukan monitoring perkembangan bisnis serta memfasilitasi kebutuhan distributor di area tersebut.