TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasar gula dalam negeri mengalami titik jenuh. Pada periode Januari-Maret 2014 penyerapan gula hanya sebanyak 400.000 ton, atau rata-rata di bawah 150.000 ton per bulan.
Padahal pada tahun lalu rata-rata penyerapan gula dapat mencapai 220.000 ton per bulan-250.000 ton per bulan.
Tito Pranolo Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) mengatakan, hingga akhir tahun 2013, stok gula tercatat masih mencapai 1,24 juta ton.
"Jumlah tersebut merupakan rekor tertinggi stok yang pernah terjadi," kata Tito, Selasa (13/5).
Rendahnya penyerapan gula dari hasil giling tebu tahun lalu tersebut dikarenakan banyaknya suplai gula di pasaran.
Suplai gula yang berlebihan tersebut dapat terjadi karena beredarnya gula yang seharusnya untuk kebutuhan industri namun merembes ke pasar konsumsi.
Ketertarikan petani tebu dalam mengembangkan komoditas tebu sendiri sangat bergantung dengan harga lelang yang terbentuk.
AGI khawatir, bila harga lelang yang terjadi pada tahun ini tidak memuaskan dan merugikan petani maka tahun depan lahan perkebunan tebu tidak mustahil akan mengalami penyusutan.
Yadi Yusriyadi, Staf Ahli AGI menceritakan, pada tahun 2013 lalu terjadi peningkatan luas lahan tebu menjadi 470.000 hektare (ha) dari tahun sebelumnya 451.000 ha. peningkatan luas lahan tersebut karena harga lelang yang cukup bagus sempat mencapai Rp 12.000 per kilogram (kg).