TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bank Rakyat Indonesia (BRI) masih menunggu kepastian lembaga sertifikasi untuk memulai proses migrasi kartu debit dari magnetik ke cip. Dengan ketidakpastian itu, bank spesialis mikro baru akan memulai migrasi kartu di awal tahun depan.
Andini Nauli Nasution, Deputy General Manager E-Banking BRI mengatakan, "Migrasi kartu debit masih menunggu lembaga sertifikasi untuk pengelola ATM dan kartunya."
Andini mengungkapkan, Bank Indonesia (BI) selaku regulator baru menunjuk tiga vendor kartu yang tersertifikasi dan bahkan belum ada vendor pengelola ATM. Dengan begitu, lanjut Andini, BRI masih memiliki keterbatasan pemilihan kartunya.
Selain kepastian sertifikasi pengelola ATM dan produsen kartu, Andini juga bilang, BRI menunggu diintegrasikan host dan jaringan antar bank. "Yang jelas, kami baru akan mulai migrasi di awal tahun depan, baik bagi kartu ATM yang eksisting maupun bagi nasabah baru," jelas Andini.
Di sisi lain, Andini juga mengatakan investasi untuk mengganti kartu debit dari magnetik ke cip membutuhkan dana sekitar Rp 10.000 per kartu.
Hingga Juni, pemegang kartu ATM BRI mengalami kenaikan sebesar 45,6% yoy dari 18 juta menjadi 27,3 juta. Peningkatan jumlah pemegang kartu ATM mendorong jumlah transaksi meningkat dari 514,7 juta menjadi 693,2 juta. Adapun volume transaksi melalui ATM BRI mencapai Rp 453,9 triliun, naik 63,6% dari Rp 277,4 triliun. (Issa Almawadi)