TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA. Perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk bersiap memborong bahan baku obat-obatan lebih banyak. Perusahaan ini menyediakan anggaran Rp 6 triliun-Rp 7 triliun. Alokasi dana ini lebih besar dari tahun lalu yakni Rp 5 triliun-Rp 6 triliun.
Kalbe Farma akan memakai dana jumbo itu untuk kebutuhan belanja bahan baku obat resep, obat generik tanpa merek, dan produk kesehatan. Targetnya, tiga produk itu bisa mencetak pertumbuhan penjualan double digit sepanjang tahun ini.
Khusus untuk jenis obat generik, Kalbe Farma meyakini penjualannya bisa ciamik seperti tahun lalu. Tahun 2014, pertumbuhan penjualan produk generik tanpa merek mencapai 25%. "Ini adalah kinerja yang baik sekali dalam mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)," ujar Vidjongtius, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma kepada KONTAN, Senin (19/1/2015).
Perusahaan berkode KLBF di Bursa Efek Indonesia itu membagi bisnisnya dalam tujuh kategori. Yakni obat resep, produk kesehatan, nutrisi dan layanan kesehatan. Tiga kategori lain yakni bisnis veteriner, distribusi dan logistik, serta peralatan kesehatan.
Perlu dicatat, alokasi belanja bahan baku itu bukan bagian dari alokasi belanja modal tahun ini. Pasalnya, Kalbe Farma mengambil dana itu dari dana operasional.
Sementara anggaran belanja modal perusahaan tersebut tahun ini adalah Rp 1 triliun- Rp 1,5 triliun. Rencana Kalbe Farma, 80% belanja modal atau sekitar Rp 800 miliar-Rp 1,2 triliun akan dipakai untuk meningkatkan kapasitas produksi produk farmasi dan nutrisi hingga 30%-50%.
Rencana lain, sebanyak 15% porsi belanja modal atau sekitar Rp 150 miliar–Rp 225 miliar akan dipakai untuk membikin produk anyar. Tanpa menyebutkan detail, manajemen perusahaan itu berencana menambah sekitar 10-15 jenis produk anyar.
Kalbe Farma berharap aneka rencana kerja itu bisa mendukung target pertumbuhan penjualan 10%-15% tahun ini. Perusahaan itu juga mendamba pertumbuhan margin laba usaha di kisaran 16%-17%. "Harapan kami pertumbuhan laba tahun ini bisa sama atau lebih tinggi dari tahun kemarin," kata Vidjongtius.
Antisipasi gejolak kurs
Berdasar pemberitaan KONTAN sebelumnya, manajemen Kalbe Farma mengaku mencetak pertumbuhan penjualan tahun 2014 sekitar 8%-9%. Jika pada akhir 2013, penjualan tercatat Rp 16,00 triliun, berarti pencapaian 2014 adalah sekitar Rp 17,28 triliun-Rp 17,44 triliun.
Padahal, target pertumbuhan pendapatan perusahaan itu adalah 11%-13%. Kalbe Farma beralasan penurunan terjadi karena penjualan produk non-Kalbe, atau produk di luar produk sendiri, lebih rendah dari ekspektasi. "Selain itu bisnis distribusi kami sedang turun sehingga kontribusinya menurun," kata Vidjongtius.
Selain giat memacu ekspansi, Kalbe Farma tak melupakan strategi antisipasi risiko bisnis. Perusahaan itu sadar depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat masih akan menghantui industri farmasi tahun ini.
Dus, perusahaan itu akan menerapkan tiga langkah sekaligus yakni meningkatkan rantai pasokan (supply chain), meningkatkan produktivitas operasional dan menerapkan manajemen kas lebih baik. Kalbe Farma meyakini tiga langkah itu bisa menekan biaya operasional tatkala tekanan pelemahan kurs rupiah melanda lagi.
Selain itu, Kalbe Farma juga akan meningkatkan keseimbangan antara pendapatan impor dan ekspor. Perusahaan itu membidik ekspansi bisnis di Asia Tenggara, Nigeria dan Afrika Selatan.(KONTAN/ Merlinda Riska )