TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo memaparkan 99 persen tenaga kerja yang bekerja di Blok Mahakam, Kalimantan Timur adalah orang Indonesia. Sedangkan sisanya adalah orang Prancis yang berasal dari operator Total E&P Indonesie.
"99 persen orang kita semua hanya upper management orang Prancis," ujar Indroyono di menara Kadin, Senin (6/4/2015).
Indroyono memaparkan bahwa Blok Mahakam akan diambil alih penuh 1 Januari 2016 sesuai dengan rencana pemerintah. Meski masa kontrak kerja Total E&P Indonesie habis di 2017, namun pemerintah ingin mendorong pergantian kepemilikan kepada Pertamina agar bisa produksi lebih besar lagi.
"Per 1 januari plannya seperti ini sudah tender, services company di kadin mulai kontrak. Kalau nggak 50 tahun local conten segitu-gitu aja," kata Indroyono.
Indroyono tak ingin pengambil lihan Blok Mahakam dari Total E&P menjadi terlambat. Pasalnya Indroyono mencontohkan saat Pertamina terlambat mengambil blok migas di Madura dari Codeco, produksinya menjadi menurun.
"Codeco di Madura pengambil keputusan terlambat, produksi drop dulu baru naik," kata Indroyono.
Indroyono memaparkan untuk Off Shore North West Java (ONWJ) di lapangan Cilamaya, rencana pengambil alihan kepada Pertamina sudah jauh sebelum kontrak operator sebelumnya habis. Saat ini produksi di ONWJ naik terus 40 ribu barrel per hari.
"Bahkan di 2020 targetnya 50 ribu barrel per hari," jelas Indroyono.
Dari data Kementerian Koordinator Kemaritiman, Blok Mahakam bisa menghasilakn 88 juta barrel migas per hari. Sedangkan total investasi untuk menggarap Blok Mahakam 25 miliar dollar AS, pemerintah mendapat keutungan 7,7 miliar dollar AS dan PT Pertamina (persero) 5,5 miliar dollar AS.