TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan ketua tim reformasi tata kelola migas, Faisal Basri, menyebutkan salah seorang anak buah mantan presiden Soeharto adalah pemegang saham mayoritas Pertamina Energy Trading Ltd (Petral).
Pemegang saham tersebut menurut Faisal masuk ke Petral sejak 1998.
"Kroni pak Harto masuk tahun 98 sebagai pemegang saham resmi Petral," ujar Faisal di acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (26/5/2015).
Melihat hal tersebut, Faisal Basri menyimpulkan sejak Petral didirikan sudah mempunyai banyak masalah. Apalagi kata Faisal, eksistensi Petral pada masa awal kelahirannya menuai kontroversi.
"Zaman pak Soeharto dari lahir saja Petral cacat, didirikan di Bahama, beroperasi di Hong Kong, kantornya di Singapura," ungkap Faisal.
Faisal menambahkan jika hanya mengganti petinggi anak usaha Petral, Pertamina Energy Service (PES) saja tidak cukup. Hal yang paling berdampak untuk kemajuan negara adalah pembubaran Petral dan mengalihfungsikan kepada Integrated Supply Chain (ISC) yang langsung berada di bawah Pertamina.
"Membubarkan Petral seperti menutup sejarah kelam. Kalau diganti pimpinan PES tidak berubah perilakunya, sampai yang terakhir," kata Faisal.