TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA. Memasuki akhir enam bulan pertama tahun 2015 dan jelang bulan Ramadhan, permintaan kredit mulai terkerek. Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja bilang, dalam rangka persiapan memasuki bulan Ramadhan dan Lebaran, permintaan kredit sedikit-sedikit mulai mengalami kenaikan permintaan.
Jahja bilang, kenaikan permintaan kredit ini sudah dirasa sejak April lalu. Menurutnya, permintaan kredit bisa lebih besar lagi saat mendekati bulan Ramadhan pada Juni mendatang. Salah satu yang dirasa mengalami kenaikan permintaan kredit adalah kredit modal kerja.
"Persiapan menjelang Lebaran, untuk barang-barang, bahan baku, banyak yang mulai menyiapkan. Keliatan permintaan kredit mulai naik sedikit. Harapan kami mendekati puasa lebih besar lagi permintaannya," kata Jahja, Senin (25/5/2015).
Permintaan kredit juga dirasakan di segmen kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit pemilikan rumah (KPR). Jahja bilang, kenaikan permintaan kredit di kedua segmen ini lantaran BCA memberikan program penurunan bunga kredit sampai dengan akhir Mei 2015 dalam rangka Ulang Tahun.
Bank dengan kode saham BBCA ini menurunkan bunga sebesar 1,5% atau sebanyak 150 basis poin untuk KPR. Sebelumnya, BCA menawarkan suku bunga KPR floating rate sebesar 11,5%. Kemudian diturunkan menjadi 8,8%-9,9% dengan hitungan fix and cap. Sementara itu, penurunan suku bunga KKB sebanyak 1% atau 100 bps juga membawa dampak yang signifikan.
Jahja menuturkan, penurunan bunga KKB mampu meningkatkan permintaan kredit hingga 35,29% dari outstanding Rp 1,7 triliun menjadi Rp 2,3 triliun, per April 2015. BCA menawarkan bunga KKB untuk tenor 1 tahun sebesar 3,99%. Sedangkan cicilan KKB untuk tenor 2 tahun sebesar 4,49%, cicilan tenor 3 tahun sebesar 4,69% dan cicilan jangka waktu 4 tahun dibebankan bunga 4,99%.
Bank yang terafiliasi dengan grup Djarum ini juga menawarkan bunga KKB tenor lima tahun dengan program bunga fix 2 tahun sebesar 5,99% dan cap mencapai 7,19% selama 3 tahun. "Meski penjualan mobil nasional turun, tapi dengan program ini, permintaan KKB kami tumbuh," ucapnya.
Jahja bilang, terbuka peluang untuk memperpanjang program yang akan berlangsung sampai dengan 31 Mei ini jika masih banyak masyarakat yang berminat. Lebih lanjut ia menambahkan, secara instan, permintaan KKB memang lebih tinggi ketimbang KPR. Namun, KPR merupakan kebutuhan primer masyarakat, sehingga potensi untuk tumbuh tetap terbuka lebar.
Sementara KKB merupakan kebutuhan tersier masyarakat. "KPR itu kebutuhan, sedangkan KKB masih bisa menunggu. Pertumbuhan KPR harusnya lebih baik, meski kalau secara instan, KKB menarik. Mungkin pertumbuhannya bisa dilihat setelah Lebaran nanti. Kalau permintaan KPR dan KKB masih kuat, harapan kami bisa tumbuh lagi," jelasnya.
Pertumbuhan KPR dan KKB, kata Jahja, akan terbantu dengan pelonggaran penurunan uang muka atau down payment pada revisi aturan LTV yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang akan berlaku efektif pada Juni nanti. Meski begitu, lanjutnya, efek dari pelonggaran LTV tidak akan terasa saat itu juga, karena akan ada time lag.
Dengan begitu, peningkatan pertumbuhan KPR pasca revisi LVT baru akan terasa pada kuartal IV-2015 mendatang. "Kami harapkan properti bisa menyumbang sedikit lagi, sehingga industri pendukung properti juga bisa meningkat. Ini yang bisa dilakukan perbankan. Karena dengan DP (down payment/ uang muka) yang lebih murah, masyarakat yang telah mempunyai kemampuan, pasti melaksanakan keinginannya untuk membeli tempat tinggal," ucapnya.
Jahja menjelaskan, dengan pelonggaran LTV, diharapkan permintaan KPR akan meningkat 10%. Jahja menuturkan, dengan penurunan bunga KPR yang dilakukan BCA dengan program Ulang Tahun, terjadi pertumbuhan permintaan KPR sebanyak 5%.
"Tahun ini kami harapkan bisa tumbuh 10%. KPR ada repayment mencapai Rp 1,2 triliun setiap bulan. Kalau kami harapkan naik 10%, di samping Rp 1,2 triliun ini berkurang, harus tambah lagi ekspansi," kata Jahja. (KONTAN/Dea Chadiza Syafina )