TRIBUNNEWS.COM.JAKARTA-Memburuknya perekonomian diberbagai negara diharapkan tidak terlalu berpengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia.Untuk itu menurut Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, pemerintah harus mengelola anggaran negara dengan baik agar pertumbuhan ekonomi stabil.
Saat berbuka puasa bersama wartawan di Jakarta, Rabu (8/7/2015), Gubernur BI, Agus Martowardojo dalam laman VOA mengatakan, BI berharap memburuknya perekonomian di berbagai negara tidak berpengaruh negatif bagi perekonomian Indonesia. Agar tidak berpengaruh negatif, Indonesia harus mampu mengelola anggarannya dengan baik, terutama dari sisi penyerapan anggaran.
Menurut Agus ekonomi dapat dijaga dengan baik jika program pembangunan yang sudah disusun pemerintah dapat direalisasikan sesuai target dan jangan ditunda seperti di antaranya infrastruktur.
“Kondisi Yunani, kondisi China dan juga kondisi Amerika dan harga komoditi yang masih turun adalah kondisi yang tidak baik bagi Indonesia, Indonesia betul-betul tidak bisa menggantungkan diri pada kondisi internasional, yang bisa Indonesia kontrol adalah bagaimana kita bisa mendisburse anggaran kita,” katanya.
Khusus terkait memburuknya perekonomian China yang disebabkan menurunnya perdagangan saham China akhir-akhir ini, Gubernur BI, Agus Martowardojo mengakui Indonesia memang harus waspada terhadap situasi tersebut. Ditegaskan Agus Marto, tidak bisa dipungkiri bahwa perdagangan Indonesia sangat bergantung kepada perdagangan China.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik, hingga saat ini China menempati urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor Indonesia disusul ke Jepang dan Amerika Serikat.
Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I, 2015 sebesar 4,7 persen melambat dibanding sebelumnya yaitu 5,2 persen, diakui Gubernur BI, Agus Martowardojo memprihatinkan. Namun ditegaskannya, BI optimistis situasi tersebut akan membaik pada semester II, 2015.
Sebelumya Kepala Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara menjelaskan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan melemahnya pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah pengahasil komoditi. Hal tersebut karena perdagangan komoditi internasional saat ini sangat rendah.
Sementara itu Bank Dunia megoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 turun dari 5,2 persen menjadi 4,7 persen. Prediksi oleh Bank Dunia tersebut merupakan prediksi paling lambat sejak tahun 2009.