News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gejolak Rupiah

Dolar AS Naik, Harga Komputer Juga Ikut Naik

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pusat belanja komputer dan elektronik Harco Mangga Dua, Jalan Raya Mangga Dua Jakarta Pusat (Tribunnews.com/ Reynas Abdila)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika pada pekan terakhir bulan Agustus 2015 saat ini membuat harga peralatan elektronik impor pun naik.

Akibatnya daya beli masyarakat turun membuat penjualan alat elektronik ikut turun.

Hal ini seperti yang terjadi di pusat penjualan sparepart dan komputer terbesar di Jakarta Pusat, Harco Mangga Dua.

Para pedagang mengaku mengalami penurunan penjualan berkisar mulai dari 30 persen sejak pertengahan bulan Juli 2015 lalu.

Penurunan penjualan tersebut diungkapkan, Staf Marketing Hitech Electronic, Yuli memang bersumber dari menurunnya minat masyarakat untuk membeli komputer atau sejenisnya pada kondisi ekonomi saat ini.

Sebab, lanjutnya, seluruh penjualan perangkat elektronik tersebut memang dibanderol berdasarkan satuan dolar.

"Jadi wajar saja kalau sepi, mungkin orang masih tunggu dolar turun dulu baru belanja. Soalnya kalau beda Rp 100 aja, selisihnya memang lumayan, apalagi kenaikannya (penurunan kurs rupiah terhadap dolar-red) sampai Rp 500 dalam sebulan ini," ungkapnya, Rabu (26/8/2015).

Namun, dirinya menyebutkan jika kekhawatiran para pedagang tidak hanya karena menurunnya daya beli masyarakat, tetapi juga terkendalanya pembelian komputer maupun sparepart kepada distributor.

Karena, berdasarkan pengalaman, di tengah fluktuasi nilai rupiah seperti saat ini, banyak oknum distributor menahan pasokan untuk menunggu nilai dolar semakin tinggi.

“Masalah juga ada di tingkat dealer, karena spekulasi dolar bakal naik, distributor juga nahan pengiriman. Ada juga masalah yang lain, kalau distributor yang pakai perjanjian berjalan, jumlah pembayaran disesuain sama harga dolar sekarang, bukan pas pemesanan, nah, karena gitu, banyak dealer juga yang nahan pembayaran nunggu dolar turun, tapi ya resikonya stok nggak ada penambahan," jelasnya.

Hal tersebut dikatakannya, pun berlaku pada distributor luar negeri, sehingga dikhawatirkan stok barang yang masuk tertahan.

Padahal, kebutuhan stok barang dipastikan akan tetap, walaupun di tengah kondisi pasar yang sepi saat ini.

Sementara itu, ditemui di Harco Mangga Dua, Rabu (26/8), Geri (30) warga Pamulang, Tangerang Selatan mengaku, mengurungkan niatnya untuk membeli sejumlah perangkat dan sparepart Computer Processor Unit (CPU) saat ini.

Dirinya menilai jika harga yang ditawarkan toko langganannya ikut terimbas kenaikan harga dolar yang mencapai Rp 14.100 per dolar AS pada hari ini.

"Saya udah dapet email dari langganan pas minggu kemarin, harganya udah pas waktu dolar masih Rp 13.800-an. Nah saya nggak tahu kalau sekarang naik sampai Rp 14.000, pas saya hitung harganya bisa selisih Rp 100.000, jadi mending tahan dulu deh, daripada rugi," ungkap pemilik warnet itu.

Melihat kondisi tersebut, dirinya pun terpaksa mengakali sparepart pada komputer bekas agar unit cpu miliknya dapat digunakan kembali.

Karena memang diakui jika perubahan nilai rupiah tidak dapat dipastikan hingga kapan.

"Kalau sudah begini ya saya coba kanibal (modifikasi-red) sparepartnya pakai CPU bekas, daripada rugi komputer nggak jalan, mending begitu deh walau lemot (lambat-red)," tutupnya. (dwi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini