Sementara kebijakan umum terkait APBN 2015, Menkeu menegaskan pihaknya berfokus pada menjaga defisit anggaran supaya tak melebar terlalu jauh. Untuk siap-siap, Pemerintah juga sudah memiliki pembiayaan tambahan.
"Kita tentu akan dorong penerimaan supaya bekerja keras tanpa harus mengganggu iklim usaha. Ini poin yang kami jaga," kata Bambang.
Dalam kesempatan itu Maruarar Sirait mendukung langkah Pemerintah. Namun, dia hanya mengingatkan agar Pemerintah bisa memperkuat pengawasannya. Semisal, terkait KUR, harus ada pengawasan kuat.
"Jangan sampai nanti non performing loan perbankan naik, yang disalahkan KUR-nya. Penting juga untuk memastikan tidak ada permainan," tegas Ara, sapaan akrab Ara.
Dirut BEI Tito Sulistio menambahkan ketahanan ekonomi Indonesia sebenarnya tidak bermasalah. Yang menjadi masalah justru karena semua merasa 'kebingungan' akibat tidak adanya strategi pembangunan nasional.
"Sejak dihapuskannya GBHN, ini awal mula masalah. Di GBHN, ada strategi ekonomi dan pertahanan. Dulu itu dibikin. Sekarang setelah dihapus, tak pernah dibikin. Kita tak tahu negara mau dibawa kemana," kata Tito.
"Jadi bukan fundamental ekonomi kita tak kuat. Cuma bingung kita arahnya kemana. Itulah masalahnya bagi saya soal kondisi saat ini."
Dirut Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin, juga meyakinkan bahwa secara fundamental dan teknis, Indonesia tahan terhadap krisis kali ini yang skalanya lebih kecil dibanding krisis 98 dan 2008. Masalahnya, adalah munculnya pesimisme yang berujung pada masalah psikologis dan emosional perekonomian.
"Krisis sekarang ini paling ringan dibanding 1998 dan 2008. Itu dari sisi fundamental. Masalah likuiditas, inflasi, situasi saat ini jelas lebih bagus. Bursa 1998, itu habis-habisan. Turunnya indeks 60 persen. Sekarang paling 20-25 persen," katanya.
"Bunga bank 98 itu sampai 60 persen. Di 2008, government year itu 21 persen. Sekarang 10 year bond yield, itu di bawah 9 persen. Maka secara teknis dan fundamental, sekarang lebih bagus," jelasnya lagi.
"Maka kalau 2008 kita selamat, sekarang mestinya kita selamat. Cuma ada masalah psikologis dan emosional. Saya bingung kenapa kita turun sekali. Jawabannya, menurut saya, adalah karena semua pesimis. Ini yang bahaya," ia memastikan.
"Sekarang bank susah juga, karena ada efek psikologis. Satu tak optimis, ngikut ke yang lain. Jadi tolong jangan pesimis lagi," tegasnya.