News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Anggota DPR Nilai Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Masih Lemah

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DEREGULASI EKONOMI - Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi sejumlah Menteri Kabinet Kerja bidang perekonomian dan Pimpinan lembaga keuangan saat konferensi Pers Paket Kebijakan Ekonomi di Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (9/9/2015). Pemerintah telah dan akan terus melakukan upaya menggerakan ekonomi nasional melalui berbagai paket kebijakan ekonomi, pengembangan ekonomi makro yang kondusif, menggerakan ekonomi nasional, dan melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan menggerakan ekonomi pedesaan. (Warta Kota/Henry Lopulalan)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI, Mochamad Hekal, menilai paket kebijakan ekonomi yang diterbitkan pemerintah belum mampu memberikan tren positif terhadap pasar. Dirinya pun pesimis terhadap paket kebijakan ekonomi tersebut.

"Saya rasa masih lemah paket ini, terbukti dengan respon pasar yang negatif setelah diumumkannya. Saya baca juga seperti tidak ada apa-apa yang bisa segera mengatasi pelemahan rupiah," kata Hekal di Jakarta, Sabtu (12/9/2015).

Hekal menuturkan, paket kebijakan tersebut tidak disertai konsep yang jelas. Menurutnya, para investor pun akan menahan keinginannya untuk berinvestasi di Indonesia karena belum adanya ketidakpastian.

"Nggak ada yang salah, tapi kelihatannya kurang jitu. Ibarat orang sakit kanker, dikasihnya multivitamin dan supplemen saja, tapi gak menyelesaikan masalah. Dan saya rasa investor ragu atau tidak percaya pemerintahan mampu melaksanakannya dengan cepat dan efektif," ujarnya.

"Kalau Pasar yakin terhadap paket Jokowi, tentu kemarin respon bagus, index saham menguat dan Kurs membaik. Ini kan justru sebaliknya," tambahnya.

Politikus Gerindra itu mengatakan, lemahnya nilai tukar rupiah juga berdampak pada volume ekspor yang semakin melemah. Kurs melemah karena permintaan dollar AS yang tinggi untuk bayar cicilan dan pokok hutang.
"Dollar masuk sedikit karena ekspor kita semakin lemah. Tentu harus beli dollar pakai rupiah, tapi dengan penerimaan pajak akan meleset dan korporasi kinerja melemah semua, tentu pembelian dollar ini makin menyerap rupiah. Sehingga untuk belanja negara maupun bayar utang mengandalkan rupiah," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini