TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menilai pemerintah terlalu optimistis dalam mengumumkan harga pangan. Dwi memberi contoh harga beras yang naik walaupun tidak signfikan, namun pemerintah mengatakan pasokannya aman sampai akhir tahun.
"Ketika pemerintah ikut campur malah harga bergejolak tidak karuan," ujar Dwi di diskusi Senator Kita, Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (13/9/2015).
Dwi memaparkan pada Januari-Maret harga beras melonjak tinggi. Pada saat yang bersamaan Dwi menyebutkan bawang merah juga, diikuti juga harga tomat dan bawang ikut melambung tinggi.
"Harusnya pemerintah sudah mengantisipasi, karena tidak begitu lama harga ayam dan sapi juga mengikuti (naik harganya)," kata Dwi.
Dwi menilai terjadi kesalahan pengelolaan dalam sektor pangan dalam negeri. Hal ini dibuktikan Dwi dalam komoditas garam yang dinyatakan meningkat produksi dalam negeri, namun pada kenyataannya masih mengimpor.
"Jelas terjadi miss kelola, tata kelola kita rada amburadul, contoh jelas garam, mengapa bisa dinyatakan si produksi kita akan meningkat," papar Dwi.