News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Idealnya Penurunan Harga BBM Rp 500-Rp 1.000 Per Liter

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas melakukan pengisian ke tanki penampungan di SPBU jl Ratulangi, Makassar, Sulsel, Selasa (14/7/2015).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina kini tengah mencari formulasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tepat, menyusul permintaan Presiden Joko Widodo yang menginginkan harga BBM turun.

Para pengamat menaksir harga BBM subsidi bisa turun Rp 500–1.000 per liter, menjadi sekitar Rp 6.500-an.

Hanya saja, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan belum bisa memastikan berapa besar penurunan harga BBM subsidi. Saat ini Pertamina tengah menghitung pelbagai upaya penghematan agar harga BBM bisa turun.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin meningkatkan efisiensi. Efisiensi memang selalu ada room-nya. Itu yang masih kami lihat," kata Dwi, Jumat (2/10/2015).

Ia mengaku selama ini, premium dijual di bawah tingkat keekonomian. Sementara solar bisa memiliki kesempatan untuk turun.

Pertamina mengklaim masih memikul beban akibat menanggung harga BBM di bawah keekonomian dengan risiko laba susut. Laba Pertamina sampai Agustus sekitar 840 juta dollar AS atau sekitar Rp 10 triliun.

Laba itu sudah termasuk dikurangi kerugian Pertamina Rp 15 triliun per Agustus 2015. "Artinya dengan beban yang ada, perusahaan masih mikul," kata Dwi. D

alam hitungan Pengamat Energi dari Universitas Gajah Mada (UGM) Fahmi Radhi, harga premium saat ini Rp 7.400 per liter masih bisa turun Rp 500 sampai Rp 1.000 per liter.

"Karena praktis biaya pengadaan minyak oleh Pertamina sudah turun setelah PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dibubarkan dan pengadaan minyak sekarang lewat Integrated Supply Chain (ISC)," kata Fahmi kepada KONTAN, Jumat (2/10).

Menurutnya, keengganan Pertamina menurunkan harga BBM meski harga minyak dunia turun karena pada saat harga minyak dunia tinggi, Pertamina terlanjur melakukan impor besar-besaran BBM melalui Petral.

Sekarang saat harga minyak dunia turun, Pertamina sulit menurunkan harga karena terlanjur membeli minyak mentah dengan harga mahal. "Ini kan faktor teknis yang merupakan kesalahan inventarisasi manajemen pengadaan BBM, termasuk mengimpor Ron 92 lalu di down grade jadi RON 88 diolah di Malaysia dan Singapura," ungkap dia.

Sedangkan Komaidi Notonegoro, Direktur Reforminer Institute, menyebut, penurunan harga yang wajar premium Rp 900 per liter dari harga Rp 7.400 per liter. Jika lebih dari itu Pertamina tertekan. "Karena sebagian besar premium kita impor. Sementara nilai tukar rupiah kita terus melemah terhadap dollar AS," katanya. (Adhitya Himawan, Febrina Ratna Iskana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini