News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kehadiran Sentra Ekonomi Baru di Jawa Barat Bakal Ditopang KA Cepat

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Model berfoto dengan miniatur kereta cepat milik China pada pameran Kereta Cepat dari Tiongkok (China) di Senayan City (Sency), Jakarta Pusat, Kamis (13/8/2015). Pemerintah Indonesia merencanakan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan Pemerintah Tiongkok merupakan salah satu pihak yang menawarkan kerjasama dalam pembangunan kereta cepat tersebut. (Tribunnews/Jeprima)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengembangan sentra ekonomi baru di Jawa Barat ke depan akan ditopang oleh rencana pemerintah untuk mengembangkan kereta api cepat (high speed rail/HSR) Jakarta-Bandung sehingga menggerakkan perekonomian nasional.

Keberadaan kereta cepat harus dipandang dari sisi kepentingan pembangunan ekonomi dari satu kota ke kota lain yang menghubungkan suatu sentra produksi dengan jaringan distribusi.

“Kereta api itu mobilitas untuk rakyat,” tegas Jusman Syafii Djamal, pengamat transportasi, di Jakarta, Jumat (9/10/2015).

Dia mengatakan apabila dipandang dari aspek ekonomi semata, pembangunan kereta cepat memang seolah-olah tidak ekonomis karena padat kapital dan padat teknologi. Kondisi ini mirip layanan pesawat terbang di Papua.

“Kalau tidak menggunakan pesawat terbang, satu daerah ke daerah lain di Papua itu susah dijangkau. Padahal secara ekonomi, menggunakan pesawat terbang memang tidak ekonomis,” katanya.

“Itulah yang disebut dalam paradigma transportasi, baik pesawat terbang, kapal, kereta api, yang bersifat massal, adalah penggerak ekonomi suatu wilayah. Trade follow the ship. Taruh dahulu wahananya baru kita bangkitkan ekonomi. Paradigmanya harus ditaruh dalam kaca mata itu.”

Moda transportasi kereta, tambah mantan Menteri Perhubungan itu, bukan merupakan alat transportasi baru bagi masyarakat. Indonesia sudah menguasai teknologi perkeretaapian seperti yang ditunjukkan PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA) dan PT Len Industri (Persero).

Selain itu, industri pendukungnya sudah tumbuh seperti beton yang diproduksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk maupun PT Adhi Karya (Persero) Tbk.

“Karena itu kalau kita loncat dari kereta low speed ke high speed, sebenarnya bukan masalah yang aneh, karena lebih pada keberlanjutan dari suatu yang kita miliki. Kecuali negara yang memang belum menguasai teknologi kereta api,” tambahnya.

Menurut dia, pengembangan kereta api cepat akan memberikan dampak positif pada industri kereta nasional. Pertama, keahlian, rekayasa dan rancang bangun yang dimiliki INKA bisa ditingkatkan. Selain itu, industri kereta cepat akan meningkatkan kebutuhan terhadap aluminium sebagai bagian dari bahan pembuat gerbong.

“Indonesia sebagai salah satu produsen bauksit yang bisa diolah menjadi alumina dan kemudian diproses lagi menjadi aluminium. Kalau selama ini bauksit dijual bijih dan menjadikan Tiongkok sebagai produsen aluminium terbesar, bisa kita ambil alih termasuk memproduksi produk antara seperti alumina. Atau kita optimalkan Asahan yang memproduksi aluminium,” katanya.

Selain itu, Jusman menuturkan pengembangan kereta cepat itu hanya menarik kalau menghubungkan dua kota besar misalnya Bandung-Jokarta, Yogyakarta-Jakarta, atau Surabaya-Jakarta.

“Apalagi menghubungkan Jakarta-Bandung, satunya kota megapolitan dan satu lagi kota kecil yang sedang tumbuh yang biaya hidupnya lebih rendah ketimbang Jakarta,” ujarnya.

Kodrat Wibowo, pengamat ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Bandung, menambahkan kehadiran kereta cepat akan memberi manfaat ekonomi yang besar. Ini berangkat dari asumsi bahwa transportasi akan menjadi pemicu atau pendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini