TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan secara umum sebagai wilayah yang paling terdampak oleh gejolak ekonomi global yang terjadi saat ini.
Hal itu dikemukakan Rosan Perkasa Roeslani, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial.
Dikatakan, gejala menurunnya laju pertumbuhan sudah dimulai sejak 2013, sejak harga komoditas di pasar global mengalami penurunan.
“Kami menilai hal ini disebabkan karena pertumbuhan yang fundamentalnya tidak kuat. Kalimantan Utara mengandalkan produksi migas, batubara, dan CPO. Semuanya adalah komoditas yang harganya tegantung pada pasar dunia. Artinya kita lupa membangun fondasi industri yang kuat sebagai landasan ekonomi yang mandiri,” ujar Rosan Roeslani dalam Dialog Ekonomi Pengusaha Lokal-Nasional di Tarakan, Kalimantan Utara, Minggu (11/10/2015).
Dia mencontohkan, Indonesia adalah eksportir terbesar batubara dunia dengan produksi mencapai 450 juta ton/tahun.
Kaltim bersama Kaltara merupakan penyumbang utama batubara Indonesia.
Saat ekonomi China sebagai pembeli terbesar mengalami penurunan, permintaan batubara pun menurun drastis, sejalan dengan penurunan harga.
Alhasil, daerah-daerah penghasil batubara pun mengalami penurunan performa ekonomi.
Provinsi Kaltara salah satu di antaranya. Data Dinas ESDM Kaltara menyebutkan, per Oktober 2015 tinggal 16 perusahaan yang masih beroperasi dari total 34 perusahaan pertambangan. Beberapa di antaranya malah sudah gulung tikar.
“Potensi kerugian negara kalau harganya turun 1USD saja adalah 450 juta USD/tahun. Sekarang bayangkan kalau harga batubara turun dari kisaran 130-150 USD/ton menjadi sekitar 50 USD/ton, berapa besar kerugian yang dialami?” ujar Rosan.
Industri Prioritas
Untuk membentuk perekonomian yang kuat, menurut Rosan, Indonesia perlu membangun industri. Namun, pembangunan industri memerlukan waktu yang lama dan dana yang besar.
Untuk itu, CEO Recapital Group ini mengusulkan pentingnya mendahulukan industri prioritas. Ada empat industri prioritas yang diusulkan Rosan, yaitu industri berbasis agrobisnis, industri berbasis komoditas, industri berbasis kemaritiman, dan industri berbasis pariwisata.
“Mengapa keempat industri ini? Karena semua ini sudah dimiliki Indonesia. Kaltara misalnya sudah memiliki kekuatan alami dalam agrobisnis, komoditas, maritim, dan pariwisata. Kita tinggal membangun fundasi bisnisnya dan memberikan nilai tambah pada produknya,” kata Rosan.
Menurut Rosan, pengembangan keempat jenis industri tersebut tidak membutuhkan biaya yang terlampau besar karena tidak perlu memanfaatkan potensi yang sudah dimiliki tiap daerah.
Yang dibutuhkan adalah saat ini adalah peningkatan kualitas SDM dan teknologi untuk mengembangkan industri prioritas tersebut.
Selain itu, menurut calon Ketua Kadin Indonesia ini, pengembangan industri prioritas akan menghasilkan diversikasi produk andalan.
Dengan demikian, setiap daerah tidak hanya mengandalkan satu-dua produk unggulan sebagai pendongkrak ekonomi.
“Kita bisa belajar dari situasi saat ini. Karena kita hanya mengandalkan satu-dua produk, saat harganya jatuh di pasaran, ekonomi kita terancam ambruk. Itulah pentingnya diversifikasi produk industri,” kata Rosan.
Sementara itu, Ketua Kadin Provinsi Kaltara Kilik Laing menambahkan, pihaknya memang tengah mengarahkan perhatian pada industri maritim dan pariwisata.
Pada sektor maritim misalnya, selain perikanan tangkap, Kaltara juga fokus pada budidaya. Dua produk andalan saat ini adalah udang windu dan rumput laut.
“Saat ini kami tengah berupaya agar Kaltara menjadi pemasok udang windu terbesar di Indonesia. Rumput laut juga akan terus dikembangkan,” kata Kilik.
Dia juga meminta kehadiran para pengusaha dari Kadin Indonesia untuk berinvestasi di Kaltara, terutama di sektor perikanan.
Kilik menjelaskan, potensi perikanan di Kaltara yang sangat besar justru lebih dimanfaatkan oleh negeri jiran Malaysia. Dia mencontohkan, mayoritas kapal ikan, peralatan penangkapan, dan pembiayaan berasal dari pengusaha Malaysia.
“Kita, orang Kalimantan Utara yang sebagai pekerja. Hanya SDM-nya yang berasal dari kita. Ekonomi Kalimantan Utara seolah-olah dijajah oleh negara tetangga. Karena itu, kami mintah pengusaha-pengusaha dari Jakarta untuk berinvestasi di sini. Karena Kadin harus ikut bertanggung jawab atas perekonomian negara ini,” kata Kilik.
Rosan Roeslani hadir di Kaltara bersama sejumlah Wakil Ketua Umum (WKU) Kadin lainnya, yaitu Erwin Aksa, Anindya Bakrie, Juan Permata Adoe, dan Yugi Prayatna.
Kehadiran mereka dalam rangka menghadiri Musyawarah Provinsi (MUSPROV) I Kadin Kaltara. Musprov ini kemudian memilih kepengurusah Kadin Provinsi Kaltara yang diketuai oleh Kilik Laing.
Anindya Bakrie sebagai WKU Bidang Organisasi Kadin Indonesia mengapresiasi jalannya Musprov I Kadin Kaltara yang aman, damai, dan lancar.
“Sebagai Ketua Panitia Pelaksana Munas Kadin pada November nanti, kami ingin belajar dari Kadin Kaltara yang telah memberi contoh penyelenggaraan musyawarah yang damai dan lancar. Kita berharap Munas Kadin nanti bisa berlangsung seperti ini,” kata Anin.