TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatat penurunan laba bersih sebesar 21,15 persen menjadi Rp 6 triliun pada kuartal III 2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 7,61 triliun.
Hal tersebut dikarenakan perseroan kembali meningkatkan dana penyisihan pencadangan (provisi) dalam menghadapi perlambatan ekonomi, yang dapat membuat kredit bermasalah naik.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, pada akhir kuartal III 2015 ini, perseroan fokus dalam memperkuat fundamental keuangan menghadapi gejolak ekonomi yang tidak menentu.
Dimana, sejak kuartal II 2015 lalu, BNI melipatgandakan penyisikan pencadangan (provisi) hingga tercapai coverage ratio 138,8 persen.
Pada kuartal III 2015, penyisihan pencadangan mencapai Rp 6,40 triliun atau naik hingga 93,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar Rp 3,31 triliun.
"Dengan tambahan provisi ini, coverage ratio BNI per kuartal III 2015 mencapai 139,6 persen atau level tertinggi yang pernah dicapai BNI," ujar Baiquni, Jakarta, Kamis (15/10/2015).
Untuk kredit yang telah disalurkan perseroan hingga kuartal III 2015 mencapai Rp 307,12 triliun atau naik 14,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 267,94 triliun.
"Untuk kualitas kredit, ada perbaikan non performing loan (NPL/kredit bermasalah) dibandingkan II 2015. Posisi NPl gross 2,8 persen dan NPL net 0,7 persen pada kuartal III 2015," ujar Baiquni.