TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Genap satu tahun sudah Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden Indonesia. Lalu bagaimana hasil kinerja mantan Wali Kota Solo itu selama setahun ini khususnya dalam sektor pasar modal? Mari simak pendapat dari para pelaku pasar modal.
Menurut Kepala Riset First Asia Capital David N. Sutyanto, kepemimpinan Jokowi selama satu tahun ini memang di bawah ekspetasi. "Yang kita lihat selama masa kampanye, Jokowi menaruh ekspetasi yang besar tapi saat ini saya melihat hasilnya malah di bawah ekspetasi," ungkap dia saat dihubungi KONTAN, Senin (19/10).
Meski di bawah ekspetasi, David berpendapat ada beberapa hal positif yang berhasil Jokowi lakukan selama kepemimpinannya. Salah satunya yakni, berhasil menekan angka inflasi. Sebagai contoh pada Lebaran lalu dimana, inflasi tak melonjak tajam seperti tahun-tahun sebelumnya.
Selain itu, Jokowi juga dinilainya cukup berani dalam mengeluarkan kebijakan. Sebagai contoh, menghapuskan subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Meski begitu, ada beberapa hal negatif juga yang paultut diperhatikan. Yakni, penyerapan anggaran yang minim. "Penyerapan anggaran yang minim ini memang sudah terjadi saat dia menjadi Gubernur DKI dulu," tambah David.
Padahal dengan penyerapan anggaran yang maksimal, Jokowi bisa menggeber sektor infrastruktur sehingga target pertumbuhan ekonomi pun bisa tercapai. "Tak hanya itu komunikasi politik Jokowi juga harus diperbaiki," ucapnya.
Pasalnya, seperti diketahui hubungan Jokowi dengan parlemen kurang harmonis lantaran mayoritas anggota DPR berasal dari partai oposisi. Menurut David, kalau proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar maka rencana yang dicanangkan pun dapat terlaksana dengan maksimal.
Masalah komunikasi juga menjadi sorotan bagi Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo. Satrio bilang, tak hanya komunikasi Jokowi antar parlemen namun komunikasi para menterinya pun juga perlu diperbaiki.
"Seperti contohnya saat para menteri mengumumkan adanya penurunan pada gas. Padahal gas yang dimaksud adalah gas elpiji, tapi hampir semua saham sektor gas seperti PGAS mengalami penurunan," ungkap dia saat dihubungi KONTAN, Kemarin.
Maka menurut Satrio, lebih baik ketika pemerintah ingin mengumumkan sesuatu harus lah lebih spesifik agar pasar dapat meresponnya dengan benar.
Tak sepenuhnya salah Jokowi
Kendati demikian, baik Satrio dan David menilai, penuranan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menurun tajam selama kepemimpinan Jokowi tak sepenuhnya kesalahan Jokowi.
"Mayoritas dipengaruhi oleh sentimen global, pengaruh Jokowi paling hanya 20%-nya saja," imbuh David. Senada dengan David, Satrio juga berpendapt indeks domestik yang menurun itu banyak dipengaruhi oleh The Fed yang berencana menaikkan suku bunga di tahun ini.
"Hal tersebut juga menjadi tantangan tersendiri buat Indonesia, rupiah anjlok karena dana asing banyak keluar. Tapi hal ini tak hanya dialami oleh Indonesia saja," tambah Satrio.
Untuk meredam fenomena tersebut langkah Jokowi yang mengeluarkan berbagai kebijakan lewat paket kebijakan yang patut diapresiasi. "Cukup berani lewat paket kebijakan-kebijakannya, pada intinya memang pemerintah tidak diam saja. Jadi kita tinggal menunggu realisasinya saja," tukas Satrio.
Dengan adanya paket kebijakan ini, Satrio berharap, dapat meperbaiki kinerja para emiten di kuartal akhir tahun ini. Dengan begitu, ia masih optimistis terhadap kinerja Jokowi ke depannya. "Saya berharap Jokowi bisa mempercepat pembangunan infrastruktur. Selama ini masih berada di jalan yang benar, tinggal kita lihat saja hasilnya seperti apa," tutup Satrio. (Sinar Putri S Utami)