TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia mulai merasakan dampak dari laju ekonomi yang melambat tahun ini. Kondisi ini pun diperparah dengan musim kemarau yang berkepanjangan pada tahun 2015. Efeknya pun langsung berimbas pada kinerja PT Pupuk Indonesia.
Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia Budi Asikin, Selasa (27/10/2015), menyebutkan bahwa penjualan perusahaan ini sempat turun 5% pada kuartal II-2015. Maklum di saat kondisi makro yang kurang bagus, membuat harga komoditas pertanian pun ikut-ikutan nyungsep yang pada akhirnya membuat permintaan pupuk jadi terpangkas.
Untungnya, perusahaan pelat merah ini tidak lantas berpangku tangan saja. Pupuk Indonesia segera berbenah diri supaya penjualan pupuk bisa terdongkrak sampai penghujung tahun ini. Menurut Budi, pihaknya langsung memasang strategi bisnis.
Misalnya, mengoptimalkan penjualan pupuk ke industri yang tidak terpengaruh kemarau panjang. Kemudian mengoptimalkan penjualan ke sektor pangan yang lahannya tetap bisa dialiri irigasi. Langkah berikutnya adalah memperbesar ekspor.
Sayang, Budi tidak memerinci secara detil aksi korporasi perusahaan tersebut. Dia mengklaim, hasilnya sudah mulai terlihat. Misalnya, kuartal III-2015, Pupuk Indonesia, mengklaim sudah meraih 91% target penjualan tahun ini.
Asal tahu saja, target penjualan PT Pupuk Indonesia tahun ini sebanyak 13,1 juta ton. Artinya di kuartal III 2015, perusahaan ini sudah menjual 11,92 juta ton. Melihat hasil positif ini, manajemen Pupuk Indonesia pun berani melanjutkan ekspansi bisnis.
Misalnya membangun dua unit pabrik urea berkapasitas total 2,3 juta ton per tahun di Papua Barat. Pembangunan pabrik ini pun sejatinya juga harus ada sarana pergudangan, lahan serta pelabuhan.
Lagi-lagi, Budi tidak memerinci nilai investasi dari pembangunan pabrik tersebut berikut sarana dan prasarananya. Pabrik amonia ini memiliki kapasitas produksi 2.000 ton per hari atau setara dengan 660.000 ton per tahun.
Sedangkan untuk pabrik urea punya kapasitas produksi 3.500 ton per hari atau setara 1,15 juta ton per tahun. Nah, nantinya, pasokan gas yang menjadi sumber energi dari pabrik tersebut berasal dari BP Berau Ltd yakni sebesar 180 juta kaki kubik.
Untuk harga gas yang dipatok masih belum tuntas. "Saat ini baru tahap pembahasan harga gas. Jadi belum ada berapa harga yang akan ditetapkan untuk gas industri di Teluk Bintuni," kata Budi kepada KONTAN.
Menurut Budi saat ini pihaknya tengah melaksanakan studi melihat prospek ketersediaan pasokan gas bumi serta keekonomiannya bagi Pupuk Indonesia. Ia menargetkan studi ini bisa kelar paling cepat akhir 2015 atau paling lambat awal 2016.
Sekadar info, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberi penugasan kepada Pupuk Indonesia untuk mengelola Kawasan Industri Teluk Bintuni seluas 2.112 hektare (ha). Kepastian pembebasan lahan masih menunggu setelah adanya kesepakatan harga gas bumi. (Mimi Silvia)