TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dengan ditemukannya dalang mafia migas dibalik Pertamina Energy Trading Limited (Petral), otomatis pembelian harga minyak impor menjadi murah.
Selama ini mafia migas mengatur harga impor, membuat anggaran negara membengkak hanya untuk membeli minyak impor.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said memaparkan akibat penggiringan trader minyak yang dilakukan mafia migas di dalam tubuh Petral, harga jual minyak impor 1,3 sampai 1,5 dollar AS per liter. Namun Sudirman yakin begitu audit Petral menemukan mafia migas, harga bisa turun jadi 30 sen per dollar.
"Kita dapat diskon lebih baik yang dulu harga minyak impor disandera," ujar Sudirman di jumpa pers satu tahun kinerja Kementerian ESDM, di Jakarta, Minggu (8/11/2015).
Sudirman memaparkan banyak trader yang menawarkan harga minyak impor secara beragam. Namun pada pelaksanaannya anak usaha Pertamina yang bermarkas di Singapura itu mematok harga di luar batas yang ditentukan sendiri.
"Semula penawaran beragam, tapi pas masuk mereka (mafia migas), harganya berada di atas batasan mereka," ungkap Sudirman.
Sudirman mengaku para trader suka takut melakukan tender minyak. Pasalnya harga sering dimainkan oleh mafia migas yang berada di belakang Petral.
"Dulu trader takut berhubungan dengan kelompok ini," kata Sudirman.
Setelah hasil audit Petral, Sudirman yakin para trader bisa kembali masuk memberikan penawaran minyak impor untuk Indonesia. Karena hasil tender selanjutnya kata Sudirman harganya lebih adil tanpa dipermainkan oleh mafia migas.
"Trader besar harus ikut bermain, sekarang sudah bebas bermain secara bebas, legal, dan positif," papar Sudirman.
Sebelumnya diberitakan Tribunnews.com, hasil audit Petral sudah menemukan pelaku mafia migas dibalik anak usaha PT Pertamina Energy Trading Limited (Ltd). Pihak ketiga tersebut ternyata bukan berasal dari internal Petral ataupun Pertamina.
"Terbukti dalam Petral ada pihak ketiga bukan bagian manajemen Petral dan Pertamina ikut campur intervensi dalam proses pengadaan dan jual beli minyak mentah maupun produk BBM," kata Sudirman.