News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tahun Depan, Kredit Infrastruktur Bakal Lebih Kencang

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan proyek di Kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (27/10/2015). Imbas dari 60 persen pengembang menghentikan jualannya tahun ini di tiga wilayah, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten akibat lesunya perekonomian Tanah Air, membuat ribuan pekerja di indutri properti dibayangi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sylke Febrina Laucereno

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun depan kredit infrastruktur diproyeksikan lebih kencang dari tahun ini. Sejumlah bank hingga ekonom memprediksikan peningkatan penyaluran terjadi karena pemerintah yang sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur di dalam negeri.

Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan Fauzi Ichsan mengatakan rencana pembangunan infrastruktur yang didorong oleh pemerintah akan berdampak positif untuk sektor infrastruktur dan terusannya hingga mendorong sektor riil.

"Sektor-sektor tersebut akan membutuhkan pembiayaan yang besar, ini akan berdampak positif untuk perbankan dan lembaga pembiayaan," kata Fauzi di Jakarta, Jumat (11/12/2015). Selain itu, proyek proyek real estate juga akan menjadi motor penggerak di sektor infrastruktur.

Menurut dia infrastruktur merupakan sektor yang aman dibandingkan dengan komoditas yang saat ini menurun tajam. Dia menilai untuk harga komoditas belum ada tanda-tanda untuk rebound seiring dengan kondisi global.

Infrastruktur jika dibandingkan pada 2015, akan mengalami percepatan hal ini sejalan dengan anggaran infrastruktur yang lebih tinggi pada rencana anggaran pendapatan belanja Negara (RAPBN) 2016.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan pembangunan infrastruktur dapat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi tahun depan.

“Bisa menjadi pendorong baik melalui belanja pemerintah, maupun stimulus bagi masuknya investasi swasta ke berbagai sektor, disamping investasi swasta dalam pembangunan infrastruktur itu sendiri,” kata Faisal.

Menurut Faisal dipercepatnya proses tender proyek infrastruktur, tengah dipersiapkannya negosiasi pinjaman kepada pihak-pihak strategis, adanya pengetatan pengawasan implementasi juga mendorong pembangunan infrastruktur.

Selain itu, beberapa kebijakan yang dijalan kan untuk mendukung pembangunan infrastruktur seperti reformasi dalam prosedur perijinan investasi, percepatan pengadaan lahan, skema kerjasama antara Pemrintah dan Swasta hingga penguatan modal untuk PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI)

PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (OCBC NISP) juga memproyeksikan kredit infrastruktur bisa tumbuh lebih tinggi dibandingkan kredit segmen lain.

Biasanya pembangunan infrastruktur yang dibiayai bank antara lain pembangunan powerplan, jalan tol, pelabuhan, telekomunikasi dan pelabuhan udara.

Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan, tahun depan belanja pemerintah akan lebih cepat dari tahun tahun sebelumnya. “Jika biasanya belanja pemerintah kecil pada awal tahun dan besar di akhir tahun, 2016 akan stabil karena proses lelang sudah dilakukan sejak akhir tahun ini,” kata Helmi.

Helmi menilai pendorong untuk perbaikan ekonomi tahun depan yakni adanya ruang untuk penurunan suku bunga acuan. Secara umum, kebijakan penurunan suku bunga akan dilakukan secara bertahap mengingat masih banyaknya tantangan dan tekanan eksternal.

Anggaran belanja untuk infrastruktur juga akan membaik tahun depan, karena pemerintah sedang giat-giatnya membangun infrrastruktur untuk kebutuhan nasional.

“Memang ekonomi Indonesia 2015 sangat berat dan penuh tantangan, pemerintah awalnya menargetkan pertumbuhan ekonomi dikisaran 7 persen dan ketika tidak tercapai memang sangat berat, tahun ini ekspektasinya lebih masuk akal dan optimis untuk perbaikan kedepan,” ujar dia.

Dia menambahkan, pada 2015, reformasi struktural sebenarnya telah dimulai namun terhambat oleh berbagai faktor eksternal. Ke depannya, ekspor belum bisa dikatakan stabil dan kebutuhan pembiayaan luar negeri yang tinggi bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

“Namun ada harapan baru seiring dengan meningkatnya belanja pemerintah dan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur. Kami melihat prospek pertumbuhan yang lebih baik pada sektor-sektor tersebut,” kata dia.

Dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016 anggaran infrastruktur naik 8 persen menjadi Rp 313,5 triliun dibandingkan anggaran tahun 2015. Pengeluaran APBN 2016 mencapai Rp 2.121 triliun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini