TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Peternakan sekaligus akademisi Universitas Padjajaran Rochadi Towaf mengatakan penyediaan kapal khusus ternak yang disediakan pemerintah belum optimal mengerek kesejahteraan peternak, bahkan biaya logistik pengiriman sapi dari NTT hingga Jakarta masih dianggap tinggi.
“Pengaruhnya tidak signifikan seperti yang gembar gemborkan “ ujar dia dalam Forum Diskusi Publik Bincang-Bincang Agribisnis (BBA) di Bumbu Desa, Selasa (5/1/2016).
Dalam penelitian gabungan yang dilakukan bersama beberapa universitas terkemuka Indonesia untuk menguji kelayakan kapal ternak beberapa waktu lalu, ditemukan biaya logistik pengiriman sapi yang dilakukan kapal ternak dari NTT hingga konsumen di pulau Jawa masih dianggap mahal, padahal dalam kampanyenya pemerintah mengklaim biaya angkut sapi hingga Jakarta hanya Rp 320 ribu per ekor.
“Akhirnya mereka (pemerintah) menolak hasil penelitian kita, dan mereka mengaku telah melakukan penelitian susulan, kalau ada studi kelayakan yang mereka miliki silahkan buka saja, bukan membawa polisi, kodam, biarkan masyarakat menilai, bukan mengatakan kepada mereka itu ada mainan mafia dan apalah namanya,” ungkap dia.
Direktur Utama PT Dharma Jaya, Marina Ratna Dwi Kusumajati menyatakan biaya logistik yang harus ditanggung pengusaha dianggap masih tinggi, besarnya biaya yang harus dikeluarkan pengusaha mulai biaya pemindahan ternak dari hutan ke peternak, kemudian sewa karantina, pengapalan hingga biaya distribusi ternak ke beberapa wilayah masih membebani mereka.
“Coba salah satu biaya karantina saja dihilangkan mungkin bisa itu,” ujarnya.