TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bosowa Corporation nampaknya terus memperbesar bisnis dari semua lini bisnisnya. Jika tak meleset, tahun 2016 ini, grup perusahaan yang bermarkas di Makassar Sulawesi Selatan itu bakal memiliki terminal liquefied petroleum gas (LPG) kedua.
Terminal LPG anyar terletak di Banyuwangi, Jawa Timur. Bosowa Corporation mengucurkan dana investasi hingga 50 juta dolar AS untuk menghadirkan terminal LPG tersebut. Kapasitas terminal LPG Banyuwangi 10.000 ton.
Besaran kapasitas itu sama dengan kapasitas terminal LPG pertama di Makassar, Sulawesi Selatan, yang sudah lebih dahulu beroperasi. Tak cuma kapasitas yang sama, penyewa dan penyalur LPG juga PT Pertamina (Persero).
"Untuk nilai sewanya saya lupa," ujar Chief Executive Officer Bosowa Corporation Erwin Aksa kepada KONTAN Rabu (6/1/2015).
Selain terminal LPG, Bosowa Corporation juga tengah membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) tahap II. Lokasi dan kapasitas PLTU tahap II ini sama dengan PLTU tahap I, yakni di Jeneponto, Sulawesi Selatan dengan kapasitas sebesar 2 x 125 megawatt (MW).
Total biaya investasi PLTU tahap II itu sebesar US$ 300 juta. Bosowa Corporation sudah menggelontorkan dana sebesar itu dengan mengambil alokasi dana belanja modal alias capital expenditure yang dianggarkan 2015 lalu.
Target penyelesaian pembangunan PLTU tahap II yakni tahun 2017. Kelak, sumber pasokan batubara berasal dari PT Adaro Energy Tbk dan PT Kideco Jaya Agung. Harapan Bosowa Corporation, PLTU tahap II bisa mendukung impian mereka menyuplai listrik lebih besar lagi di Sulawesi Selatan.
Sebagai informasi, PLTU tahap I sudah menyalurkan listrik sebesar 200 MW sejak dua tahun lalu. Jika PLTU tahap II rampung, total suplai listrik perusahaan itu bisa menjadi 500 MW.
Sementara kebutuhan listrik di Sulawesi Selatan kurang lebih 900 MW. Artinya, Bosowa Corporation ingin menggenggam suplai listrik di provinsi tersebut sebesar 55,56%. Pendapatan tetap Tak cuma mengincar pasar yang masih besar di Sulawesi Selatan, Bosowa Corporation memiliki dua alasan menambah PLTU.
Pertama, pembangunan PLTU prosesnya relatif cepat dan mudah. Kedua, Bosowa Corporation mengincar pendapatan tetap dari menjual listrik ke PT PLN (Persero).
Pendapatan tetap ini menjadikan bisnis listrik memiliki risiko pasar yang relatif kecil. Maklum, meski memiliki gurita bisnis di berbagai sektor, Bosowa Corporation tak imun dari perlambatan ekonomi.
"Saya kira semua sektor menurun penjualannya sehingga yang menjanjikan sekarang hanya proyek yang memiliki kepastian pembelian seperti proyek IPP (independent power producer) dengan PLN," beber Erwin.
Sebagai gambaran, harga jual listrik Bosowa Corporation ke PLN saat ini 3,8 sen dollar per kilowatt hour (kWh) atau sekitar Rp 350 per kWh. Manajemen perusahaan ini bilang, harga tersebut masih menjamin keberlangsungan produksi mereka.
Hanya, Bosowa Corporation tak mau membeberkan kontribusi pendapatan listrik terhadap pendapatan total pendapatan saat ini. Manajemen perusahaan tersebut beralasan, bahwa kontribusi bisnis listrik belum signifikan.
Selain memperbesar bisnis energi, Bosowa Corporation juga akan menjalankan bisnis lain yang sudah berjalan. Namun, perusahaan itu akan membekali langkah bisnis tahun 2016 dengan meningkatkan efisiensi agar biaya produksi tak membengkak. (Juwita Aldian)