TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) pekan lalu tak serta-merta membawa angin segar bagi perusahaan operator taksi. Meskipun, operator taksi mengaku biaya bahan bakar bakal mengempis.
Andrianto Djokosoetono, Direktur PT Blue Bird Tbk menyebut, penurunan harga BBM masih terlalu kecil.
Kalaupun ada dampak positif, ia menyebut baru dinikmati langsung oleh sopir taksi. Perlu diketahui, taksi Blue Bird memakai sistem komisi untuk menjalankan bisnis mereka.
Setali tiga uang, PT Express Transindo Utama Tbk juga menyebut, dampak positif dari penurunan harga BBM hanya bisa mereka rasakan melalui bisnis taksi dengan sistem komisi melalui bendera Eagle.
Dampak positif juga kemungkinan mereka cicipi dari bisnis taksi premium dan penyewaan kendaraan.
Namun, tidak demikian dengan bisnis taksi sistem kemitraan melalui bendera Express. "Kalau taksi kemitraan Express itu keuntungan dirasakan pengemudi," ujar Merry Angraeni, Sekretaris Perusahaan PT Express Transindo Utama Tbk kepada KONTAN, Kamis (7/1).
Sebagai gambaran, paling tidak ada dua sistem dalam bisnis taksi.
Pertama, sistem komisi. Dalam sistem ini, ada kesepakatan porsi bagi hasil pendapatan tetap antara perusahaan dengan sopir taksi.
Misalnya 70 persen untuk perusahaan dan 30 persen untuk sopir.
Tak ada ketentuan berapa nilai setoran yang harus didapatkan sopir per hari karena semua mengacu pada porsi bagi hasil tersebut.
Kedua, sistem setoran. Dalam sistem ini, ada kewajiban setoran harian yang dibebankan kepada sopir, dalam kurun waktu tertentu. Semisal selama lima tahun hingga enam tahun pertama.
Jika pendapatan sopir per hari kurang dari setoran yang ditetapkan, sopir harus memenuhi kekurangannya.
Tapi, pasca periode kesepakatan berakhir, sopir berhak memiliki mobil taksi operasional.
Selain alasan sistem bisnis, operator taksi juga menghadapi tantangan lain pada tahun ini.