TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Meski penentangnya bejibun, bisnis rokok tetap menggiurkan. Lhat saja para taipan Indonesia yang bergerak di industri rokok. Mereka memanen hasil besar tahun ini.
Nilai kekayaan pengusaha rokok ini meningkat, seiring harga saham perusahaan yang melejit tinggi. Data Bloomberg Billionaires Index yang dilansir Kamis (11/2) menyebutkan, Tan Siok Tjien mendapatkan tambahan kekayaan US$ 992 juta dalam setahun terakhir.
Ini menempatkannya sebagai orang paling tajir di Indonesia dengan total kekayaan US$ 7,7 miliar. Angka itu berasal dari hasil peningkatan harga saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang mendekati rekor tertinggi.
Penambahan jumlah kekayaan Tan Siok Tjien merupakan kenaikan tertinggi taipan Asia tahun ini. Tan Siok Tjien menggenggam 31% saham GGRM, yang memiliki kapitalisasi pasar Rp 117,37 triliun.
Harga saham GGRM dalam setahun melejit 11,80% ke Rp 61.000. Kekayaan Budi Hartono, pemilik PT Djarum, sekaligus penguasa 47,15% PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga melesat.
Menurut hitungan Bloomberg, kekayaan Budi Hartono bertambah US$ 207,8 juta atau Rp 2,8 triliun. Secara otal Budi memiliki kekayaan US$ 7,3 miliar.
BBCA merupakan bank terbesar di Asia Tenggara, dari sisi kapitalisasi pasar, yakni Rp 329,14 triliun. Budi juga memiliki saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang mencatat kapitalisasi pasar Rp 42,90 triliun.
Grup rokok lain, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencetak kenaikan kapitalisasi pasar besar. Pekan ini, harga saham HMSP cetak rekor tertinggi.
Kapitalisasi pasar HMSP akhir pekan ini mencapai Rp 492 triliun. Sampoerna menjual HMSP ke Philip Morris Internasional tahun 2005 lalu.
Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities, mengatakan, industri rokok terus bertumbuh, seiring naiknya permintaan.
Kendati pemerintah membatasi ruang gerak promosi emiten rokok, industri bisa terus bertumbuh di tengah tekanan.
Tahun ini industri rokok masih memungkinkan tumbuh di atas 5%. "Rokok sudah menjadi konsumsi primer," kata Reza, Jumat (12/2).
Menurut dia, prospek industri rokok masih bagus, bahkan dalam jangka pendek dan menengah industri rokok belum akan mencapai titik jenuh.
Reporter Andy Dwijayanto