TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Salah satu lini bisnis PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk di bidang teknologi informasi (TI), PT Sigma Cipta Caraka siap mengakuisisi perusahaan sejenis pada tahun ini.
Perusahaan yang biasa disebut Telkom Sigma ini akan mencaplok empat perusahaan lokal. Awal tahun ini, Sigma Caraka sudah mengakuisisi satu perusahaan pengelola pusat data (data center) yakni PT Cyber Data Center.
"Kami ambil 55%. Perusahaan ini akan mengelola pusat data tier 2 untuk internet provider," papar Judi Achmadi, PT Direktur Utama Sigma Cipta Caraka, Kamis (25/2).
Lewat akuisisi, Telkom Sigma jadi tidak perlu menunggu waktu lama untuk masuk ke segmen pusat data tier 2 yang biasa melayani perusahaan internet. Maklum, perusahaan ini sebagian masih melayani pusat data tier III ke atas bagi kalangan korporasi. Ini tecermin dari pusat data yang dimiliki oleh Telkom Sigma.
Dari total areal pusat data seluas 100.000 m², sekitar 75.000 m² adalah pusat data tier 3 dan tier 4. Sedangkan sisanya tier 2. Selain pusat data, perusahaan ini juga tengah membidik satu perusahaan lain di bidang sistem integrasi dan dua perusahaan bidang manajemen TI dan komputasi awan.
Tapi, Judi belum mau membuka identitas tiga perusahaan yang mereka incar tersebut. Yang jelas, Telkom Sigma bakal menjadi pemilik mayoritas. "Akhir tahun ini akan selesai," imbuhnya.
Telkom Sigma akan membiayai aksi korporasi dari dana internal perusahaan dan bukan dari Telkom. Tanpa menyebut angka. Judi bilang pihaknya sudah menyiapkan 20% dari belanja modal tahun ini untuk dana akuisisi.
Lewat aksi ini, kontribusi bisnis pusat data Telkom Sigma akan menjadi 40% dari total pendapatan. Sedangkan tahun lalu masih 35%. Sedangkan untuk lini bisnis sistem informasi dan manajemen TI serta komputasi awan masih belum ada pengaruh lantaran proses akuisisi berlangsung akhir tahun ini.
Proyeksi mereka, bisnis sistem informasi bisa menyumbang 45% dan manajemen TI 15% ke pendapatan tahun ini.
Meski ada aksi akuisisi, Judi memprediksi pendapatan Telkom Sigma di akhir tahun ini bisa lebih dari pendapatan 2015 yang tercatat Rp 3 triliun. Soalnya, perusahaan ini mengubah sistem kontrak dari jangka panjang menjadi durasi jangka pendek per tahun.
Reporter RR Putri Werdiningsih