Kemudian Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 Kg dan Finlandia 11,4 Kg perkapita per tahun.
Ekspor produk kopi olahan tahun 2015 mencapai USD 356,79 juta atau meningkat sekitar 8 persen dibandingkan tahun 2014.
Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, China dan Uni Emirat Arab.
Sementara itu, nilai impor produk kopi olahan pada tahun 2015 mencapai USD 106,39 juta. Negara asal impor terbesar adalah Malaysia, Brazil, India, Vietnam, Italia dan Amerika Serikat.
Meski demikian, dengan kondisi impor tersebut, neraca perdagangan internasional produk kopi olahan Indonesia masih mengalami surplus sebesar USD 250,40 juta.
Kementerian Perindustrian mendorong pengembangan industri perkopian di dalam negeri dari hulu sampai hilir sehingga meningkatkan nilai tambah dan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional.
Ini sekaligus untuk mengimbangi arus ekspor biji kopi yang masih dominan dibanding pengolahan di dalam negeri
"Pengembangan industri kopi nasional masih perlu ditingkatkan karena saat ini baru mampu menyerap sekitar 35 persen produksi kopi dalam negeri dan sisanya sebesar 65 persen masih diekspor dalam bentuk biji," ungkap Menperin.
"Untuk itu, kami mengharapkan semoga ke depan AEKI dapat lebih berperan bersama Pemerintah mengembangkan industri perkopian di Indonesia. Jadi tidak hanya di bidang ekspor kopi saja, tetapi juga mengembangkan di bidang industri pengolahan kopi," ujarnya.
Turut hadir Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang dan jajaran pengurus AEKI yang pimpin Ketua Umum AEKI Irfan Anwar.
"Pemangku kepentingan atau stakeholders industri kopi kita mencapai 2 juta, dari petani, pengolah, pelaku usaha coffe-shop, perusahaan hingga eksportir," kata Irfan.
"AEKI membuka diri untuk semua masukan dan kerja sama mengembangkan kopi untuk memantapkan diri di domestik maupun di pasar global," tambahnya.
Pemerintah bahkan telah menggelar Rapat Pengembangan Perkopian Nasional di Lampung dan dipimpin langsung oleh Wapres RI Jusuf Kalla, Februari lalu.
Dua menteri yaitu Menteri Perindustrian dan Menteri Pertanian hadir pada rapat tersebut, termasuk tiga gubernur dari beberapa provinsi produsen kopi seperti Lampung, Jambi dan Sumatera Utara.
Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, pihaknya telah memfasilitasi melalui beberapa kebijakan strategis antara lain industri pengolahan kopi masuk dalam industri pangan dan prioritas untuk dikembangkan.