TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inpex Masela Ltd memilih offshore menggunakan Floating Liquefied Natural Gas (FLNG) sesuai hasil kajian kontraktor Blok Masela.
Pasalnya harga pembangunan kilang terapung hanya 14,8 miliar dolar AS, atau lebih murah daripada di darat (onshore) memakai pipa.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Rizal Ramli ternyata pernah menantang Inpex Masela Ltd dalam pengembalian biaya operasi (cost recovery).
Jika pembangunan FLNG di Blok Masela lebih besar dari Rp 14,8 miliar, Rizal menantang Inpex untuk mengganti rugi sisanya.
"Jadi kalau harganya nanti melambung, dibayar sendiri sama Inpex. Berani enggak tanda tangan itu? Enggak berani," ujar Tenaga Ahli Menteri Koordinator (Menko) Maritim dan Sumber Daya, Abdul Rachim di Kantor BPPT I, Jakarta, Jumat (11/3/2016).
Rachim menyimpulkan bahwa kontraktor Inpex Masela Ltd belum pasti akan perhitungan menggunakan FLNG akan memberikan penghematan uang negara. Karena pada aturannya semua cost recovery akan dibebankan kepada APBN.
"Artinya Inpex enggak tanggung jawab sama hitungannya itu," kata Rachim.
Rachim menambahkan cost recovery bisa terjadi setelah kontraktor sudah melakukan produksi di Blok Masela. Jika Lapangan Abadi belum dijalankan oleh Inpex Masela Ltd negara tidak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuk mengganti biaya dari Inpex.
"Jadi sebelum ada cost recovery tidak mungkin ada pengeluaran uang dari negara. Jadi ini masih uangnya Inpex semua," papar Rachim.