TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah bergerak cukup fluktuatif sepanjang pekan ini, rupiah tutup pekan dengan pelemahan.
Hal ini memang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Di pasar spot, Jumat (15/4) valuasi rupiah terangkat tipis 0,02 persen ke level Rp 13.178 per dollar AS dibanding hari sebelumnya.
Namun dalam sepekan terakhir rupiah tercatat merosot 0,25 persen.
Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah melesat 0,54 persen ke level Rp 13.166 per dollar AS dengan catatan koreksi tipis 0,02 persen dalam sepekan ini.
Penjelasan Josua Pardede, Ekonom Bank Permata pelemahan rupiah sepanjang pekan ini dimulai ketika di awal pekan koreksi yang dialami harga minyak mentah dunia cukup signifikan.
Hal ini menggerus kekuatan mata uang berbasis komoditas seperti rupiah.
“Lalu di tengah pekan pelaku pasar tertuju pada sajian data ekonomi AS. Data ini bervariasi, jadi sempat membuat index USD melesat tajam sebelum kembali bergerak stabil dekat akhir pekan,” papar Josua.
Belum lagi beberapa waktu lalu Bank Sentral Singapura memutuskan untuk melonggarkan stimulus.
“Ini menampar mayoritas pergerakan mata uang Asia lainnya yang kemudian ikut menyeret rupiah dalam pelemahan,” tambah Josua.
Hanya saja memang rupiah masih punya amunisi untuk bertahan.
Maka tidak heran pergerakan masih mampu bertahan di bawah level Rp 13.200 per dollar AS.
“Apalagi Bank Indonesia memutuskan untuk mengubah benchmark dari BI rate menjadi pasar uang antar bank yang akan aktif per Agustus 2016 nanti. Ini ditanggapi pasar positif sebab bisa dorong perkreditan di bank,” ujar Josua.
Hal tersebut bisa menambah amunisi rupiah untuk terus pertahankan keunggulan. (Namira Daufina)