TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dirjen Migas Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja menyatakan bahwa
Baik itu infrastruktur berupa pipa gas bumi maupun fasilitas lain seperti untuk menampung dan meregasifikasi gas alam cair (LNG).
Panjang pipa gas bumi hilir di Indonesia misalnya tak lebih dari 10.000 km. Sedangkan fasilitas untuk menampung LNG dan regasifikasi masih sangat kurang.
Keberadaan infrastruktur gas bumi yang masih minim itu membuat gas bumi Indonesia belum sepenuhnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan domestik, sehingga gas bumi Indonesia kemudian diekspor.
Karena itulah pemerintah terus mendorong pembangunan infrastruktur gas bumi di dalam negeri.
Seperti yang dilakukan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) yang membangun fasilitas Floating Storage Regatification Unit (FSRU) Lampung.
“Pemerintah memberikan apresiasi yang besar kepada PGN dalam pembangunan FSRU Lampung itu. Keberadaan FSRU Lampung ini merupakan keberhasilan pemerintah dalam mendorong pembangunan infrastruktur gas bumi,” kata Wirat, di Jakarta, Senin (25/4/2016).
Keberadaan FSRU Lampung sangat strategis karena mampu meningkatkan serapan LNG untuk domestik dan juga mengurangi ekspor LNG, sehingga meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam bagi perekonomian nasional.
Wirat mengatakan, peningkatan serapan LNG di FSRU Lampung yang dikelola PGN memiliki dampak strategis bagi pemanfaatan gas bumi di dalam negeri.
Ini juga sesuai dengan langkah pemerintah yang terus mengurangi ekspor LNG nasional dengan memprioritaskan pada konsumsi dalam negeri.
"Melalui pembangunan infrastruktur seperti FSRU Lampung ini ketahanan energi akan semakin kuat dan ekonomi dapat tumbuh berkelanjutan dalam jangka panjang,” tegasnya.
Berbagai infrastruktur gas bumi yang dibangun oleh PGN merupakan investasi jangka panjang.
Oleh karena itu optimalisasi penggunaan infrastruktur seperti ini membutuhkan waktu.
Seperti halnya dengan FSRU Lampung juga tidak mungkin kapasitasnya akan langsung terpakai hingga 100 persen begitu selesai dibangun.
Pada 2016, FSRU PGN Lampung direncanakan akan mendapatkan pasokan LNG sebesar 1,1 juta meter kubik dari kilang LNG Tangguh di Papua. Pada 2 April 2016 FSRU Lampung sudah menerima pasokan LNG dari Kilang Tangguh sebanyak 1 kargo.
Kemarin, Minggu 24/4/2016 FSRU Lampung kembali mendapat kiriman LNG dari kilang Tangguh.
Selain alokasi dari Tangguh, PGN juga sedang melakukan negoisasi untuk pasokan dari sumber lainnya.
Direktur Utama PT PGN LNG Indonesia Mugiono, mengatakan bahwa FSRU Lampung akan memperkuat pasokan gas bumi PGN, khususnya untuk pelanggan di Jawa Bagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan.
“Sebelum disalurkan, LNG tersebut akan melalui proses regasifikasi (mengubah dalam bentuk cair menjadi gas). Dari FSRU Lampung, gas tersebut mengalir melalui pipa bawah laut menuju ke stasiun penerima di Labuan Maringgai yang terhubung dengan pipa South Sumatera West Java (SSWJ) sehingga gas tersebut dapat didistribusikan ke pelanggan PGN di Jawa bagian barat dan Sumatera bagian selatan,” jelasnya.
Mugiono menambahkan, keberadaan FSRU PGN Lampung dapat memasok gas bagi berbagai segmen pelanggan mulai UKM, industri, rumah tangga, dan sektor kelistrikan.
FSRU PGN ini juga akan diarahkan untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan energi dalam rangka mewujudkan proyek listrik 35 ribu MW yang menjadi prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Mugiono mengatakan, PGN akan terus berusaha meningkatkan peran FSRU Lampung dalam memberikan nilai tambah ekonomi, khususnya melalui menyediaan energi yang ramah lingkungan, efisien dan aman.
“Kami juga akan terus mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi ekspor LNG dengan mengoptimalkan infrastruktur gas bumi di dalam negeri,” tutur Mugiono.