TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -Realisasi diskon listrik 30% pada waktu penggunaan pukul 23.00-08.00 masih menjadi polemik dilangan pengembang industri dan konsumen rumah tangga. Seharusnya realisasi itu segera bisa dinikmati setelah Presiden menerbitkan paket kebijakan ekonomi jilid XII. Karena kenaikan harga listri sangat dirasakan sektor industry dalam negri, ditengah daya beli masyarakat menurun.
Dalam statemennya, Darmin Nasution selaku Menko Ekonomi melihat masih ada perbedaan persepsi antara Kementrian ESDM dan PLN itu sendiri. Dengan perbedaan persepsi terkait diskon 30% ini, Darmin berjanji akan segera memanggil kedua belah pihak untuk mencari solusi ditengah perselisihan persepsi itu. Sehingga diharapkan sektor industry dan pengusaha bisa segera mendapatkan potongan harga itu.
Hendrik Luntungan melihat, masih ada kesimpang-siuran dalam mengartikan instruksi Presiden dalam hal potongan harga penggunaan listrik ini.
“Seharusnya PLN sebagai Perusahaan BUMN, memiliki inisiatif untuk membahas hal ini secara internal. Sehingga publik mengerti apa alasan masih tertundanya realisasi 30% itu. Industri dalam negri, terutama yang menengah sangat bergantung dengan kepastian pasokan tenaga listrik. Jika negara tidak bisa menjamin pasokan listrik, maka industry kecil-menengah bisa gulung tikar pelan-pelan," kata Hendrik, Kamis (13/5/2016).
Dirinya juga melihat, ada banyak alternativ untuk melakukan stok energy dalam negri; seperti halnya mengkonversi batu bara menjadi energi listrik, atau konversi energi matahari. “Selain listrik dan gas, Indonesia punya banyak alternativ ketersediaan energi. Proyek pengembangan Industri dan Energi Alternativ seperti di Muara Enim atau Mesuji misalnya harus menjadi perhatian kita bersama. Bahwa ketersediaan energy dalam negri menjadi satu prasyarat utama atas kemajuan industry kita” tutup Ketua Bidang Industri dan Perdagangan DPP Partai Perindo.
Sektor Industri Manufaktur mengalami kontraksi pada kuartal I 2016, salah satunya juga diakibatkan oleh ketersediaan energy untuk Industri. Dalam penjelasanya Franky Sibarani (Ketua BKPM), realisasi investasi industry masih 10,5% senilai 15,4 T dari jumlah seluruhnya 85,9 T. Padahal, investasi industry memiliki kontribusi 58,6% dari presntasi seluruh investasi dalam negri.
Lima sektor industri lainnya selain industri makanan yang menduduki investasi di sektor industri adalah industri kertas barang dari kertas dan percetakan, industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi, industri alat angkutan dan transportasi lainnya, dan industri logam dasar, barang logam dan elektronik.
Menurut Franky, industrialisasi sektor investasi tersebut mayoritas berasal dari realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA). Tercatat PMA yang masuk dari lima sektor industri teratas tersebut mencapai USD4,8 miliar atau setara dengan Rp67,3 triliun.
"Kontribusi sektor PMDN sisanya sebesar Rp18,6 triliun atau sekitar 21 persen dari total keseluruhan investasi di lima sektor industri tersebut," pungkasnya.