"Untuk aplikasi seperti Line, agar bisa survive dan mampu bersaing, mereka harus cepat berekspansi. Banyak sekali pesaing di pasar Asia seperti Malaysia, Indonesia, Vietnam --tempat di mana banyak pengguna internet baru dan pengguna smartphone untuk kali pertama," papar Felim McGrath, trends manager GlobalWebIndex yang berbasis di London.
Sejauh ini, Line sudah menunjukkan bahwa perusahaan cukup kreatif dan bisa beradaptasi.
Sticker kelinci dan beruang lucu berhasil menarik jutaan pengguna di Jepang dan sejumlah negara lainnya.
Di Indonesia, Line mengembangkan jasa alumni yang memungkinkan pengguna terhubung dengan teman sekelas.
Layanan ini diluncurkan setelah perusahaan mempelajari bahwa jaringan alumni memiliki pengaruh sosial yang cukup besar di Indonesia.
Di sejumlah negara Muslim, Line merilis fitur spesial di mana pengguna bisa memantau waktu berbuka puasa.
Saat ini pengguna aktif Line di seluruh dunia mencapai 218 juta per bulannya.
Idezawa juga menjelaskan, ada tiga strategi utama yang masih dipegang perusahaan. Pertama, fokus pada smartphone.
Kedua, fokus pada komunikasi pribadi. Ketiga, fokus pada komunikasi emosional.
Penjualan Line pada tahun lalu mencapai 121 miliar yen. Dari jumlah itu sekitar 41% merupakan kontribusi dari games, musik streaming, dan komik.
Sedangkan kerugian bersih pada periode yang sama mencapai 7,6 miliar yen.
Line juga terus berekspansi. Pada 2010, Line mengakuisisi Livedoor Inc senilai 6,3 miliar yen.
Pembelian ini menambah jumlah pengguna Line sebanyak 30 juta user.
Setahun setelah akuisisi, Line meluncurkan aplikasi pesan dan mampu menghimpun 100 juta pengguna teregistrasi per Januari 2013.
Sumber: Bloomberg