TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- PT Pertamina dilema menghadapi kios pengecer bahan bakar minyak (BBM) bernama Pertamini yang jumlahnya semakin menjamur.
Pada satu sisi, karena kemiripan nama dan warna Pertamini sering kali dianggap terkait pertamina namun pada sisi lain kios yang biasanya berada di daerah terpencil itu dianggap membantu masyarakat.
“Ini lagi kami pikirkan jalan keluarnya,” kata Senior Vice President Fuel Marketing, and Distribution Pertamina, Muhammad Iskandar di Jakarta, Rabu (29/6/2016).
“Kami sedang menyiapkan bagaimana mengelola itu, mungkin bikin perusahaan sendiri atau apa untuk menangani itu supaya dilegalkan tapi dengan standar operasi yang safety-nya masuk. Bukan mirip SPBU tapi standar safety-nya masuk,” jelas Iskandar.
Kegiatan Pertamini selama ini dianggap bermasalah karena beberapa sebab. Di diantaranya, tidak punya badan hukum, tidak mengantongi izin niaga, rentan menipu takaran, dan tingkat standar keamanannya belum jelas.
Pertamini tidak ada hubungannya dengan Pertamina. Meski begitu, BBM yang dijual Pertamini dibeli dari SPBU Pertamina lalu dijual eceran dengan harga lebih mahal.
Konsumen sepertinya tidak keberatan membeli BBM walau harganya beda Rp 500 – Rp 1.000, pasalnya kios Pertamini lebih mudah dijangkau daripada harus ke SPBU.
Penulis: Febri Ardani Saragih