TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya pemerintah Indonesia dalam memperbaiki dan membangun iklim investasi yang lebih baik mendapatkan respons positif dari kalangan investor provinsi Guangdong, Tiongkok.
Hal ini disampaikan oleh Presiden China Council for the Promotion of International Trade (CCPIT) Chen Quiyan dalam pertemuannya dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal di Guangzhou.
Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan, bahwa CCPIT Guangdong merupakan lembaga yang memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu memfasilitasi para pengusaha Guangdong melakukan perluasan investasinya ke luar negeri.
“Jadi pertemuan dengan CCPIT sangat penting karena lembaga ini dapat mempengaruhi keputusan investor untuk investasi ke luar negeri,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (22/7/2016).
Dalam pertemuan dengan Kepala BKPM, Presiden CCPIT Chen Qiuyan juga menyampaikan, rencananya untuk membentuk Chambers of Commerce Guangdong-Indonesia untuk membantu para pengusaha Guangdong yang sudah ada di Indonesia maupun yang akan masuk ke Indonesia.
"Mereka menargetkan dalam tiga bulan mendatang Chambers of Commerce ini sudah dapat terbentuk dan akan berkantor di Jakarta," kata Franky.
Franky menambahkan, saat ini sudah cukup banyak investor dari Provinsi Guangdong yang berinvestasi di Indonesia.
"Presiden CCPIT menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat potensial dan kondusif dan merupakan negara yang sangat penting dalam kerjasama one road one belt (OBOR)," tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden CCPIT Guangdong menyampaikan rencananya untuk membawa misi investasi dari Guangdong ke Indonesia pada Oktober 2016 sekaligus untuk meresmikan Chambers of commerce tersebut.
Dari data yang dimiliki oleh BKPM untuk periode 2010-2015, tercatat sudah 52,3 miliar dolar AS komitmen investasi asal Tiongkok terdaftar di BKPM.
Untuk periode triwulan pertama 2016, realisasi dari RRT mencapai 464 juta dolar AS terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja.
Posisi Tiongkok tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong.