Produksi migas Pertamina mencakup, produksi minyak 313 ribu barel per hari (bph), naik 12,5 persen dibanding realisasi 2015 sebesar 278 ribu bph. Serta produksi gas naik sekitar 5% dari 1,90 BSCFD menjadi 1,99 BSCFD.
Peningkatan produksi terjadi pada aset-aset di dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri pertumbuhan mencapai 9,4 persen dibandingkan dengan tahun lalu, yaitu dari semula 492,5 ribu BOEPD menjadi 539 ribu BOEPD, utamanya disokong oleh naiknya produksi Banyu Urip yang tahun ini bagian produksi Pertamina akan mencapai sekitar 75 ribu BOEPD. Serta produksi dari luar negeri naik sekitar 3 persen atau menjadi 117 ribu BOEPD.
Tambahan produksi pada semester II juga diharapkan bersumber dari Proyek Pengembangan Gas Matindok sekitar 50 MMSCFD.
Untuk luar negeri, tambahan minyak diharapkan dari Aljazair setelah melakukan penambahan fasilitas produksi, serta Irak yang sukses melakukan water injection, serta potensi dari aktivitas merger dan akuisisi. “Jika berjalan lancar, kemungkinan produksi akan lebih tinggi lagi," tukas Syamsu.
Ferdinand Hutahean, Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, mengatakan produksi migas Pertamina dari lapangan di luar negeri menunjukkan kecenderungan meningkat. “Saat ini Pertamina dari luar negeri banyak disokong dari Aljazair dan Irak,” kata dia, Senin.
Menurut Ferdinand, produksi migas Pertamina, khususnya dari luar negeri memang masih bisa ditingkatkan. Namun tentu pilihan yang bisa diambil adalah melalui akuisisi blok-blok lain dari yang ada saat ini.
“Dukungan yang harus diberikan pemerintah adalah memberikan jaminan pinjaman atau memberi PMN. Pertamina harus mempunyai banyak dana untuk memperluas wilayah kerjanya,” tandas Ferdinand.