Pertama, menjadi bagian dari dunia yang berperan aktif. Globalisasi memberi peluang perbaikan ekonomi.
Bahkan menurutnya, negara yang sukses mengatasi kemiskinan adalah negara yang mampu memanfaatkan globalisasi dan mampu membangun ketahanan untuk menghadapi gejolak.
"Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi pelaku global yang disegani. Potensi Indonesia harus diwujudkan sebagai investasi," tambahnya.
Kedua, meningkatkan integrasi ke pasar global.
Dengan demikian, perbaikan profuktivitas menjadi tantangan yang sangat mendasar. Ketiga, mengurangi hambatan perdagangan dan investasi, mengingat biaya perdagangan saat ini relatif tinggi.
Secara terpisah, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui, kondisi ekonomi global saat ini lebih suram dibandingkan sebelumnya seiring adanya koreksi pertumbuhan ekonomi global.
Bahkan Bambang memperkirakan, perlambatan ekonomi akan terjadi semakin lama karena adanya tanda-tanda dunia sulit mencari sumber pertumbuhan yang baru.
"Meskipun IMF hanya merevisi 0,1% (penurunan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini), tapi tendensi bahwa revisi ke bawah ini terjadi berulang-ulang dan berturut-turut. Ini menegaskan, kondisi ekonomi global jauh dari cerah atau sedang suram," kata Bambang.
Indonesia sendiri kata Bambang, memperkuat fundamental perekonomian Indonesia, baik dari sisi fiskal maupun moneter.
Ia menjelaskan, kebijakan Tax Amnesty diharapkan memperkuat modal dalam negeri melalui dana repatriasi sehingga menjadi lebih tahan terhadap guncangan global.
Dana repatriasi tersebut juga diharapkan mendorong investasi di dalam negeri.
"Dengan fundamental yang kuat, volatile seperti apapun kita paling tidak masih punya daya tahan," tambahnya.