News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kewajiban Pasok Gas Sendiri Diduga Picu Sepinya Minat Investor di PLTMG Pontianak dan Scattered Riau

Penulis: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PLTMG Arun berkapasitas 184 MW di Desa Meuria Paloh, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menyayangkan rendahnya respon investor terhadap lelang dua proyek pembangkit listrik, Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Pontianak dan PLTMG Scattered Riau, yang menjadi bagian dari program kelistrikan 35.000 Mega Watt (MW) di Indonesia.

Proyek ini sendiri semula ditargetkan rampung digarap pada 2019. Sampai batas akhir penyerahan dokumen pernyataan minat mengikuti tender pada 26 Juli 2016 lalu, tidak ada satu pun calon investor yang menyerahkan dokumen lelang untuk kedua proyek pembangkit listrik tersebut.

Menurut Yusri, kegagalan proses lelang ini akanmembuat makin berat tanggungan Pemerintahan Joko Widodo mewujudkan proyek kelistrikan 35.000 MW di Indonesia.

Ada dugaan, ketidakberhasilan lelang ini juga karena dukungan yang diberikan PT PLN (Persero) terhadap kedua proyek ini yang juga rendah.

Ini antara lain dari keharusan investor pemenang tender yang harus menyediakan sendiri pasokan gas untuk pembangkitnya,

Menurut Yusri, hal tersebut berbeda dengan treatment yang diberikan pada proses lelang di proyek pembangkit di tempat lain. 

Dia menunjuk contih tender Proyek IPP Jawa-1, PLN mengambil tanggung jawab pengadaan gas atau LNG-nya. "Ke‎bijakan PLN di proyek Jawa-1 sudah sangat baik dan seharusnya  dijalankan dengan konsisten," kata Yusri.

Yusri menuding ada kesan PT PLN (Persero) memilih-milih mitra investor kelistrikan dalam pengadaan penyediaan pasokan gas dalam tender IPP kali ini.

"PLN seperti tidak punya konsep jelas. Ini membingungkan investor pengembang IPP.  Untuk PLTMG kecil, IPP diminta menyediakan sendiri gasnya. Sedangkan yang besar diambil alih PLN sendiri,” Yusri membandingkan.

Hal ini yang dia duga membuat calon investor IPP memilih mundur tidak mengikuti lelang.

PLN sendiri selama ini memang tidak memiliki kapasitas maksimal dalam penyediaan pasokan energi batubara, BBM dan gas maupun sumber energi alternatif untuk pembangkit.

Yusri mencontohkan, di PLTMG Scattered dengan kapasitas produksi listrik 180 MW, lokasi PLTMG-nya terpisah-pisah di delapan lokasi berbeda.

Ini membuat pemasokan bahan bakar gas ke setiap pembangkit pembangkit menjadi sangat rumit dan tidak ekonomis karena distribusinya menjadi ribet.

Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan yang dikonfirmasi awak media belum bersedia menjawab. Manager Senior Public Relation PLN Agung Murdifi belum memberikan penjelasan. 

Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basyir mengaku tidak tahu menahu mengenai hal ini. Basyir menyatakan, PLN siap membangun sendiri pembangkit tersebut jika tidak ada investor yang tertarik bergabung menggarapnya. "Tidak apa-apa (tidak ada investor yang tertarik). Nanti dibangun sendiri oleh PLN," kata Sofyan Basyir di Jakarta, Selasa (2/8/2016).

Terkait penyebab sepinya peminat ini, Sofyan Basyir menyatakan belum tahu karena perlu mempelajarinya  lebih dulu.

"Saya baru dengar, tapi amun untuk masalah teknis nanti saya tanyakan ke direktur teknis terkait," tegasnya.

Menurut Yusri, kebijakan PLN dalam setiap pembangunan pembangkit mengenal istilah 'komponen C' yang menyebutkan bahan bakar sebagai untuk sumber energi pembangkit dipasok oleh PLN.

Namun kebijakan direksi baru PLN di proyek 35.000 MW ini diubah menjadi kewajiban IPP/Developer sendiri sebagai penyedia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini