TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kelompok usaha Korindo Group menyatakan, bisnis yang mereka jalankan selama 47 tahun di Indonesia memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam (SDA) dan memperhatikan kepentingan masyarakat, terutama di Papua.
Juru bicara Korindo Luwy Leunufna menjelaskan, pihaknya memanfaatkan hutan sesuai dengan izin yang diberikan pemerintah.
"Kami sudah beroperasi di Indonesia selama 47 tahun dan selama itu kami selalu mematuhi semua regulasi, kelanjutan sumber daya alam, dan memberdayakan masyarakat sekitar," ujar Luwy dalam pernyataannya yang diterima tribunnews.com, Selasa (6/9/2016).
Dalam pemanfaatan hutan, kata Luwy, Korindo memanfaatkan hutan Dalam untuk membangun areal kebun. Selain itu, Luwy menambahkan, Korindo hanya menggunakan area penggunaan lain.
Terutama area di kawasan Trans-Papua sehingga menjadi perintis pembangunan infrastruktur daerah yang belum terbuka aksesnya.
Luwy menjelaskan kembali, Korindo juga telah mengembangkan industri yang ramah lingkungan melalui pembangunan bidang kehutanan dan perkebunan.
Di dalam pembangunan kebun, Korindo juga memperhatikan hak-hak masyarat lokal.
Melalui pembangunan industri tersebut, lanjut Luwy, Korindo berkontribusi menyerap tenaga kerja terutama di Papua sebanyak 10.000 tenaga kerja.
Dalam menjalankan usaha perkebunan di Papua, Korindo menyerap tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal.
Komposisi karyawan lokal yang bekerja di Korindo mencapai 30 persen dari total tenaga kerja kebun dengan penghasilan rata-rata di atas UMR.
Selama beroperasi di Indonesia, kata Luwy, Korindo juga berkontribusi terhadap pembangunan infrastruktur di daerah dan pembangunan ekonomi yang berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk kabupaten Merauke dan Boven Digoel.
"Pada tahun 2016, Korindo memulai pembangunan proyek percobaan penanaman padi di Merauke untuk membantu program pemerintah mencapai swasembada pangan. Kami juga mendirikan fasilitas pendidikan dan medis. Fasilitas medis tersebut adalah satu-satunya fasilitas medis di Asikie dengan memberikan pelayanan secara gratis," ujar Luwy.
Terkait informasi yang beredar bahwa Korindo terlibat pembakaran hutan, Luwy membantahnya. Luwy menjelaskan, berdasarkan foto satelit Korindo sejak 1 Januari 2016 hingga saat ini tidak ditemukan adanya titik api (hotspot) di wilayah perkebunan Korindo.
"Setiap ada kebakaran, kami selalu segera melakukan tindakan pemadaman. Jadi kami ini juga bertarung melawan api," ujar Luwy.
Dalam beberapa hari terakhir, kata Luwy, beredar informasi yang tidak sesuai dengan fakta-fakta di lapangan.
Menurutnya, ada mis-informasi soal aktivitas industri perkebunan di Tanah Papua sehingga harus diberikan penjelasan sesuai dengan fakta-fakta di lapangan.