Namun Indonesia kini menghadapi tantangan indeks kinerja logistik (LPI) yang rendah. Industri transportasi menghadapi isu kongesti, dwelling time, dan lain-lain.
Indeks peringkat LPI Indonesia di antara negara ASEAN berada di nomor 4 dan nomor 63 di peringkat global.
Menurut Hery Lazuardi, perbaikan kualitas infrastruktur Indonesia perlu terus digenjot demi memacu sektor bisnis logistik dan pergerakan serta transportasi barang semakin lancar yang selanjutnya mampu menekan cost.
Tantangan lainnya adalah tren pelemahan permintaan kendaraan komersial di pasar nasional sejak tiga-empat tahun terakhir akibat melemahnya harga berbagai komoditi perkebunan dan tambang.
Ke depan, Pemerintah direkomendasikan membuat kebijakan baru di bidang logistik yang komprehensif agar tidak lagi memunculkan persoalan baru seperti kebijakan tumpang tindih, termasuk kebijakan pusat dan daerah, yang berdampak negatif bagi industri logistik Tanah Air.
Presiden Direktur PT TMDI Biswadev Sengupta mengatakan, pihaknya mendukung pertumbuhan industri logistik lewat produk kendaraan niaga yang efisien di setiap segmennya, seperti pick up Tata EX2, Tata Super Ace, Tata Xenon RX dan Tata Xenon XT D-Cab 4x4, truk ringan Tata LPT 913 dan Tata Ultra 1012, serfta truk heavy duty tractor head Tata Prima 4023 dan Tata Prima 4028 S, untuk berbagai aplikasi sesuai kebutuhan pebisnis.
"Industri logistik adalah partner utama kami sebagai penyedia kendaraan niaga yang efisien dengan biaya operasional yang rendah. Pengalaman kami di industri kendraaan niaga global membuat kami yakin dapat bersaing di pasar Indonesia," kata Biswadev Sengupta.
Biswadev sangat optimistis, pasar kendaraan niaga di Indonesia ke depan akan kembali bangkit seiring dengan tren pertumbuhan industri jasa transportasi dan logistik.
"Harga komoditas saat ini mulai menunjukkan kenaikan. Hal itu diharapkan bisa mendorong naiknya konsumsi rumah tangga, sehingga kebutuhan pengangkutan barang akan meningkat," katanya.
Dari sana, kebutuhan pasar terhadap kendaraan niaga akan kembali tumbuh.