TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN KERINCI - Asian Agri tengah menjajaki melakukan penjualan listrik ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), seiring makin banyaknya pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) yang dibangun oleh perusahaan industri kelapa sawit tersebut.
Hingga saat ini Asian Agri telah membangun lima PLTBG di Sumatera Utara, Riau, Jambi. Masing-masing PLTBg itu mampu menghasilkan 2 MW listrik. Sementara untuk kebutuhan operasional pabrik, listrik yang dibutuhkan hanya sekitar 700 KW, sehingga masih ada sisa listrik (excess power) sebesar 1,3 MW. Kelebihan inilah yang rencananya akan dijual oleh Asian Agri ke PLN.
"Seandainya satu rumah sederhana membutuhkan 90 watt, maka kelebihan listrik Asian Agri ini dapat dimanfaatkan oleh lebih dari 7.000 rumah, yang berarti akan ada begitu banyak kebutuhan listrik perumahan rakyat yang dapat didukung oleh pabrik biogas Asian Agri," kata Direktur Asian Agri, Freddy Widjaya.
Kelebihan itu akan makin bertambah karena rencananya pada tahun depan Asian Agri akan membangun tambahan dua PLTBg, yakni di Langgam, Pelalawan, Riau, serta di Tunggal Ulu, Tanjung Jabung Barat, Jambi.
Parnel Saragih, Manajer Pabrik Buatan 1 Asian Agri, mengatakan, untuk membangun satu PLTBG, dibutuhkan biaya sekitar Rp 75 miliar. Hingga tahun 2020, perusahaan sawit milik pengusaha Sukanto Tanoto itu menargetkan membangun 20 PLTBG yang akan menghasilkan 40 MW listrik. "Bila seluruh pelaku industri kelapa sawit di Indonesia melakukan kebijakan serupa, maka masalah listrik nasional bisa teratasi tanpa investasi pemerintah," kata Parnel di PLTBG PT Indosawit Subur milik Asian Agri di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau, Selasa (15/11/2016).
"Pabrik Biogas yang didirikan Asian Agri merupakan bentuk tanggung jawab kami terhadap kelestarian lingkungan. Tidak hanya sekedar menjalankan bisnis perusahaan, kami berusaha agar limbah dari pengolahan sawit dapat menjadi sebuah hal yang memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat," kata Freddy Widjaya.