Sementara rencana perluasan ekspor Kino Indonesia yakni ke Amerika Serikat. Perusahaan itu akan menjajakan permen di sana.
Namun, Kino Indonesia belum berharap banyak dari kontribusi ekspor Negeri Paman Sam.
Maklum, kontribusi total penjualan ekspor mereka juga masih mini, yaitu 4%. Pasar ekspor yang sudah tergarap ke Asia Tenggara.
Iklan dan promosi Sementara hingga akhir tahun 2016, Kino Indonesia masih mengejar target penjualan Rp 3,6 triliun.
Hingga kuartal III 2016, mereka sudah mencatatkan penjualan Rp 2,7 triliun. Dus, masih ada kekurangan target sebesar Rp 900 miliar pada triwulan terakhir tahun ini.
Kino Indonesia yakin, strategi iklan dan promosi sepanjang tahun ini bakal jitu mengerek penjualan. Apalagi, anggaran iklan dan promosi tahun ini lebih besar.
"Tahun sebelumnya kami meningkatkan biaya tersebut hingga 14% tapi di tahun ini kami tingkatkan kembali sekitar 16%-17% untuk belanja iklan dan promosi," terang Peter.
Total alokasi capital expenditure (capex) alias dana belanja modal tahun ini sebesar Rp 250 miliar. Hingga Agustus, sebagian besar serapan capex untuk membeli tanah, mesin dan kebutuhan lain.
Selain meningkatkan belanja iklan dan promosi, Kino Indonesia juga melakukan efisiensi biaya.
Misalnya, mengurangi pengeluaran sales and marketing untuk menekan beban umum and beban administrasi. Pengurangan biaya itu pula yang kemudian dialihkan ke anggaran iklan dan promosi.
Reporter: Umi Kulsum