TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya pemerintah menekan harga daging sapi di pasaran masih belum berhasil. Hingga saat ini, harga daging sapi segar di pasaran masih bertengger di kisaran Rp 125.000 per kg.
Padahal izin impor daging sapi telah dibuka lebar-lebar sepanjang 2016, tapi ternyata realisasinya minim.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kemtan) sampai bulan Desember 2016, masih ada sebanyak 101.459 ton daging sapi dan kerbau yang belum terealisasi.
Izin impor itu masih diperpanjang sampai bulan Maret 2017.
Bila saja diasumsikan dapat terealisasi sebanyak 40% saja, berarti di bulan Maret sudah ada daging sapi dan kerbau sebanyak 44.000 ton.
Kemtan juga sudah menerbitkan rekomendasi impor (rekom) untuk periode 24 Desember 2016 sampai dengan 24 Mei 2017 sebanyak 21.344 ton.
Jika rekom ini terealisasi 20% saja pada bulan Februari 2017, maka akan ada 4.200 ton daging tambahan masuk.
"Bila realisasi sesuai asumsi di atas, maka total jumlah daging sapi yang masuk selama Januari-Februari 2017 sebanyak 48.200 ton," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kemtan I.Ketut Diarmita, Senin (9/1/2017).
Diarmita menjelaskan, realisasi impor daging sapi pada 2016 tergolong rendah karena harga yang dinilai importir tidak bisa bersaing dengan daging kerbau yang diimpor Perum Bulog.
Karena itu, perlu upaya dari pemerintah untuk mendorong para importir segera merealisasi impor daging kerbau di bulan Januari-Februari 2017.
Salah satunya adalah dengan mengadakan pertemuan pemerintah dengan para importir daging dan meminta mereka menyatakan kesanggupan merealisasikan impor sampai Februari 2017.
Sementara itu, izin pemasukan daging kerbau untuk Bulog sebanyak 30.000 ton sampai 31 Maret 2017.
Jika Bulog diasumsikan berhasil memasukan 90% dari total jatah impor sampai bulan Februari, maka total ketersediaan daging sapi dan kerbau di dalam negeri dua bulan pertama 2017 sebesar 75.200 ton.
Apabila asumsi realisasi ini ditambah dnegan pemotongan sapi bakalan maka prediksi ketersediaan daging sapi dan kerbau sampai dengan bulan Mei dan Juni 2017 saat Lebaran relatif aman.
"Namun kami tetap perlu meminta kepastian realiasi dari para importir dan Bulog sehingga prediksi pemerintah ini lebih akurat," tambah Diarmita.
Reporter: Noverius Laoli